Blogger Widgets

Friends


counter

Monday, February 17, 2014

Let Me Go...


Tok Tok Tok..
“Masuk aja bi, pintu nya gak dikunci kok” Sahutku sembari duduk melihat matahari yang mulai terbenam.
“Maaf non, waktunya makan malam. Yang lain sudah ngumpul dibawah.” Ucap Bi Sumi
“oke, ceri turun sebentar lagi. Makasih bi.” Kataku sambil mencari tongkat yang selama 16 tahun ini menggantikan fungsi kaki ku.
Cheryl Fukada. Ya itulah namaku yang sehari-hari dipanggil "ceri". Aku mempunyai saudara kembar yang bernama Chelsea Fukada. "Cesi" adalah nama panggilannya. Kehidupan Cesi jauh lebih beruntung dibanding aku. Cesi memiliki wajah yang cantik dan normal, lengkap dengan kedua kaki dan tangan yang berfungsi dengan baik. Namun aku terlahir dengan kondisi cacat dengan kedua kaki yang lumpuh 100%. Mama dan Papa sangat menyayangi Cesi dan lebih memperioritaskan nya dibanding aku. Cesi selalu mendapat lebih daripada aku, apalagi kondisi Cesi yang gampang sakit dan tidakboleh kecapean yang membuat mama dan papa selalu khawatir padanya.
Bi Sumi  adalah seseorang yang merawatku sejak lahir. Bagiku, ia sudah seperti Ibu kandungku. Dirumahku, hanya Bi Sumi yang peduli dengan keadaanku. Disaat aku sakit, hanya ia yang selalu repot menyiapkan obat, hanya ia yang tahu betapa sedihnya aku melihat Cesi dimanja, dipeluk dan dicium oleh papa mama, tapi mereka tidak pernah melakukannya padaku. Aku ingin merasakan kebahagiaan seperti Cesi ya Tuhan.
****

“Kita makan apa hari ini, Ma?” tanyaku ke Mama dengan mata yang mengarah ke meja makan.
“Liat aja sendiri. Punya mata kan?” Jawab Mama ketus.
“Aku kan cuma tanya. Ini mama yang masak?”
“Iya, mama mu yang masak dibantu sama cesi. Tuh liat dong si Cesi.. Pintar dan rajin.. Emangnya kayak kamu! Males, kerjaan nya dikamar mulu! Tidurr mulu.." Sela Papa
Aku pun terdiam.. "Andai aku bisa jalan tanpa kedua tongkat ini dan tidak cacat seperti ini, mungkin aku pasti bisa lebih rajin dibanding Cesi, pa..." Kataku dalam hati.
"Maaf pa, ma" - hanya kata itu yang bisa aku keluarkan.
Nafsu makan aku pun hilang seketika. Kemudian aku bergegas naik keatas meninggalkan Mama, Papa dan Cesi yang sedang asik makan. Padahal sebenarnya maagku kambuh dan rasanya sangat perih. Tapi lebih perih lagi disaat aku tak pernah mendapatkan kasih sayang dari semua orang yang aku sayangi.

****

Matahari menjelma masuk kedalam kamarku hingga aku terbangun karena silaunya yang menerpa mataku.
“Ohayou gozaimasu” ucapku pada diri sendiri,
Aku bergegas mandi dan memakai pakaian putih abu sekolahku. Bi Sumi telah menyiapkan bento kesukaan ku.
“makasih ya Bi, Ceri sayang Bibi.” Ucapku dengan tulus padanya
“iya non, Bibi juga sayang banget sama non Ceri, semangat ya Non sekolahnya.” Sahut bi Sumi menyemangati.
Aku dan Cesi berbeda sekolah. Papa menyekolahkan Cesi disekolah terfavorit, sedangkan aku hanya disekolah biasa yang jauh berbeda dari sekolah Cesi. Uang jajan Cesi 3x lipat lebih banyak dari aku sehingga ia tidak perlu repot membawa bekal dari rumah. Sedangkan aku...Jika aku tidak disiapkan bekal oleh Bi Sumi, aku tidak akan bisa menabung karena uangnya pasti habis untuk satu kali makan dan minum.
****

Waktu seakan berjalan dengan sungguh cepat, kini saatnya pembagian hasil belajar siswa. Aku dan Cesi termasuk salah satu siswi pintar di sekolah kami masing-masing. Kebetulan tanggal pembagian raport Cesi sama seperti tanggal pembagian raport ku.
“Ma, besok ambilin raport Ceri ya.” Pintaku
“Mama mau ambil raport Cesi, abis itu mama ada meeting sama orang kantor. Suruh Papa aja.” Jawab Mama.
“Pa, ambilin raport Ceri ya!” pintaku pada Papa.
“Besok pagi papa harus ke Luar kota, malam baru pulang" Jawab papa yang sedang mengetik dilaptop .
“oh gitu ya.” Balasku dengan kecewa.

Aku hanya bisa menangis sendirian didalam kamar. Tidak ada satu orangpun yang mau mengambilkan raportku. Jalan terakhir adalah Bi Sumi. Dan tentu saja ia sangat mau mengambilkan raportku.
“Gimana bi hasilnya?” tanyaku dengan penasaran
“Non Ceri peringkat 1 non.” Ucap bi Sumi dengan semangat.
“hah? Beneran bi?” sahutku tak kalah semangat.
"Ternyata usahaku tak sia-sia. Ini adalah ke 3x nya aku mendapat peringkat 1 lagi. Papa dan Mama pasti senang mendengarnya." -pikirku.
****

Aku tak sabar menunggu Papa yang sedang diluarkota , Mama yang sedang meeting dan Cesi yang sedang hangout sama teman-temannya.
 Setibanya mereka dirumah, tepatnya saat selesai makan malam....
"Papa, Mama.. Aku dapat peringkat 1 lho! Selama ini aku belajar untuk dapat hasil maksimal dan bisa buat papa mama bangga." Ucap ku.
“Ah, lebay kamu cer.. Aku juga dapat peringkat 1 disekolah, tapi aku biasa-biasa aja tuh" Sambung Cesi.
“Iya, lagipula peringkat 1 disekolah Ceri pasti Peringkat terakhir disekolah Cesi.” Ledek Ayah padaku.

Aku kecewa, benar-benar kecewa karena prestasi yang kuraih tak penah dihargai sama sekali. Dengan kecewa aku berlari menuju kamarku, kuratapi semua ketidakadilan ini.
“oh Tuhan, kuatkan aku!” pintaku

****
Keesokan hari, aku melihat sebuah mobil hitam parkir didepan pintu gerbang rumah ku. Dan ternyata itu adalah Felix. Ya, itu adalah teman ku sewaktu SD. Saat duduk dibangku Sekolah Dasar, aku dan Cesi sekolah di SD yang sama. Ternyata sekarang Cesi pacaran sama Felix. Oh My God, padahal Felix adalah First love aku. Aku cinta pada pandangan pertama padanya, namun aku sadar.. Siapa aku? Cuma cewek lumpuh dan cacad. Wajar saja dia lebih memilih Cesi daripada aku. Orangtua ku sendiri saja membenci aku, apalagi Cowok tampan seperti Felix? Pastinya jijik dengan aku. Air mata pun mulai membasahi pipiku.
***

Hari berganti hari. Tampaknya kondisi Cesi mulai memburuk, dimana wajahnya sering terlihat pucat dan bibir yang membiru. Singkat cerita, Dokter bilang bahwa ginjalnya sudah benar-benar rusak. Yang aku tahu, kini ginjalnya hanya satu setelah setahun yang lalu satu ginjalnya sudah diangkat. Sedangkan aku masih mempunyai dua ginjal.
“Usahakan dengan secepat mungkin diadakan pencangkokan ginjal Pak” beritahu dokter pada Papa.

Aku mengetahui kejadian itu dan aku sangat menyayangi Cesi. Dia pantas hidup lebih lama dibanding aku. Masih ada Papa, mama, Felix dan teman-teman lain yang menyanyangi nya. Seperti hal yang telah kukatakan, kehidupan Cesi jauh lebih beruntung karena banyak sekali orang yang menyayanginya. Aku akan mendonorkan kedua ginjalku pada Cesi, tapi aku tak ingin ada yang tahu semuanya. Karena aku tidak mau mama dan papa akan menyayangiku karena bersimpati denganku yang telah memberikan satu ginjal pada saudaraku. Aku hanya ingin kasih sayang tulus dari mereka, entahlah bagaimana caranya agar aku mendapatkannya.


Aku bohong ke papa dan mama kalau sekolah ku mengadakan acara di luar kota sehingga kemungkinan 1minggu aku tidak ada dirumah. Aku pun mendonorkan ginjal ku kepada Cesi dan memohon kepada dokter untuk tidak memberitahu orangtua ku siapa pendonor ginjal Cesi.
“siapa yang mendonorkan ginjalnya Dok?” Tanya papa.
“entahlah, pendonor itu tidak mau diberitahu namanya. Bahkan ia memberikan dua ginjalnya dengan gratis pada Cesi. Dia benar-benar berhati malaikat.” Jawab dokter.
 ..............
“andaikan kalian tahu kalau itu aku? Apakah aku akan diberi penghargaan dari Papa?” gumamku dari kejauhan
****

Beberapa jam sebelum operasi pencangkokan dilakukan, aku menulis sebuah surat. Aku akan meninggalkan mereka semua. Rasanya, aku sudah sangat lelah dengan hidupku sendiri. Sesudah selesai ku tulis, surat itu kutitipkan pada Bi Sumi. Aku menyuruh bi Sumi memberi surat itu ke mama papa jika Cesi sudah pulang dari rumah sakit. Akupun berangkat menuju rumah sakit untuk segera menjalani operasi.


****

Seminggu kemudian. . . .
“akhirnya kamu sembuh juga sayang. Mama khawatir banget sama kamu sejak kamu dioperasi. Untung ada pendonor itu.” Ucap Mamanya dengan penuh kasih sayang.
“Dan Happy Birthday Cesi…” ucap semua orang serentak
“Makasih ya semuanya. Aku senanggg banget. Oya, Ceri mana ya Ma? Hari ini kan ulang tahun kami” Sahut Cesi.
“Ceri lagi keluarkota ada acara disekolahnya..” Jawab Mamanya.
“Nyonya, kemarin Minggu lalu Ceri nitip ini untuk tuan dan nyonya” Kata Bi Sumi dengan berlari menuju kearah mereka.

Dan beberapa menit kemudian sudah tiba dengan membawa sepucuk surat.
“ini surat dari Non Ceri sebelum pergi.” Beritahu Bi Sumi.

"Untuk Mama dan Papa

Mama,papa. Mungkin saat kalian membaca ini, aku sudah tidak ada didunia ini lagi. Mulai sekarang uda ga ada lagi yang bikin mama papa stres, marah-marah dan kecewa. Maafin Ceri ya, mungkin kehadiran Ceri cuma bikin mama dan papa malu, kecewa. Tapi kalau Ceri boleh memilih, Ceri tidak mau dilahirkan kedunia ini daripada harus membuat mama papa malu mempunyai anak seperti Ceri, yang lumpuh, cacad, tidak berguna. Sekarang, semoga Papa, Mama dan Cesi bahagia yah. Aku yakin Cesi pasti lebih sehat dengan kedua ginjalku yang saat ini ada ditubuhnya. Maafin Ceri karna udah berbohong sama mama papa tentang acara sekolah ku yang sebenarnya tidak pernah ada. Makasi udah mengizinkan Ceri hidup selama 17 tahun kurang 1minggu ini.

Cheryl Fukada-"




the end