.........
Kisah cinta sepasang kekasih yang bernama Hansen dan Cindy
sangat serasi dan harmonis walaupun keduanya berasal dari keluarga yang jauh
berbeda latar belakangnya. Keluarga Cindy berasal dari keluarga kaya raya dan
serba berkecukupan, sedangkan keluarga Hansen hanyalah keluarga seorang petani
miskin yang menggantungkan kehidupannya pada tanah sewaan.
Dalam kehidupan mereka berdua, Hansen sangat mencintai
Cindy. Hansen telah melipat 1000 buah burung kertas untuk Cindy dan Cindy
kemudian menggantungkan burung-burung kertas tersebut pada kamarnya. Setiap
burung kertas tersebut berisi harapan Hansen kepada Cindy. Banyak sekali
harapan yang telah Hansen ungkapkan kepada Cindy. “Semoga kita selalu saling
mengasihi satu sama lain”,”Semoga Tuhan melindungi Cindy dari bahaya”,”Semoga
kita mendapatkan kehidupan yang bahagia”,dan sebagainya. Semua harapan itu
telah disimbolkan dalam burung kertas yang diberikan kepada Cindy.
Suatu hari Hansen melipat burung kertasnya yang ke 1001.
Burung itu dilipat dengan kertas transparan sehingga kelihatan sangat berbeda
dengan burung-burung kertas yang lain. Ketika memberikan burung kertas ini,
Hansen berkata kepada Cindy:
“Cindy, ini burung kertasku yang ke 1001. Dalam burung
kertas ini aku mengharapkan adanya kejujuran dan keterbukaan antara aku dan
kamu. Aku akan segera melamarmu dan kita akan segera menikah. Semoga kita dapat
mencintai sampai kita menjadi kakek nenek dan sampai Tuhan memanggil kita
berdua ! “
Saat mendengar Hansen berkata demikian, menangislah Cindy.
Ia berkata kepada Hansen:
“Sen, senang sekali aku mendengar semua itu, tetapi aku
sekarang telah memutuskan untuk tidak menikah denganmu karena aku butuh uang
dan kekayaan seperti kata orang tuaku!”
Saat mendengar itu Hansen pun seperti disambar geledek. Ia
kemudian marah kepada Cindy. Ia mengatai Cindy wanita matre, orang tak
berperasaan, kejam, dan sebagainya. Akhirnya Hansen meninggalkan Cindy yang
menangis seorang diri.
Hansen mulai terbakar semangatnya. Ia pun bertekad dalam
dirinya bahwa ia harus sukses dan hidup berhasil. Perkataan Cindy dijadikannya
cambuk untuk maju dan maju. Dalam tiga bulan usaha Hansen menunjukkan hasilnya.
Ia diangkat menjadi kepala cabang di mana ia bekerja dan dalam satu tahun
setengah ia telah diangkat menjadi manajer sebuah perusahaan yang bonafide dan
tak lama kemudian ia mempunyai 50% saham dari perusahaan itu. Sekarang semua
orang telah mengenal Hansen, ia adalah bintang kesuksesan.
Beberapa bulan kemudian...
Hansen sedang pulang kerja dengan mobil mewahnya. Tiba-tiba
dilihatnya sepasang suami-istri tua tengah berjalan di dalam derasnya hujan.
Suami istri itu kelihatan lusuh dan tidak terawat. Hansen pun penasaran dan
mendekati suami istri itu dengan mobilnya dan ia mendapati bahwa suami istri
itu adalah orang tua Cindy.
Hansen mulai berpikir untuk memberi pelajaran kepada kedua
orang itu, tetapi hati nuraninya melarangnya sangat kuat. Hansen membatalkan
niatnya dan ia membuntuti kemana perginya orang tua Cindy.
Hansen sangat terkejut ketika didapati orang tua Cindy
memasuki sebuah makam yang dipenuhi dengan burung kertas. Ia pun semakin
terkejut ketika ia mendapati foto Cindy dalam makam itu. Hansen pun bergegas
turun dari mobilnya dan berlari ke arah makam Cindy untuk menemui orang tua
Cindy.
Orang tua Cindy pun berkata kepada Hansen:
”Hansen, sekarang kami jatuh miskin. Harta kami habis untuk
biaya pengobatan Cindy yang terkena kanker rahim ganas. Kami menemukan sebuah
notes kecil di bawah bantal Cindy.”
Orang tua Cindy menyerahkan sebuah buku kecil kuning
bermotif bunga kepada Hansen.
Hansen membaca halaman terakhir notes tersebut.
“Hansen, maafkan aku. Aku terpaksa membohongimu. Andaikan
ada cara lain untuk memberitahu semua ini tanpa membuat mu sedih. Aku terkena
kanker rahim ganas yang tak mungkin disembuhkan. Aku tak mungkin mengatakan hal
ini saat itu, karena jika itu aku lakukan, aku akan membuatmu jatuh dalam
kehidupan sentimentil yang penuh keputus-asaan yang akan membawa hidupmu pada
kehancuran. Aku tahu semua tabiatmu Sen, karena itu aku lakukan ini. Aku
mencintaimu Sennn……….. “
Setelah membaca itu, menangislah Hansen. Ia telah
berprasangka terhadap Cindy begitu
kejamnya. Ia pun mulai merasakan betapa hati Cindy teriris-iris ketika ia
mencemoohnya, mengatainya matre, kejam dan tak berperasaan. Ia merasakan betapa
Cindy kesepian seorang diri dalam kesakitannya hingga maut menjemputnya, betapa
Cindy mengharapkan kehadirannya di saat-saat penuh penderitaan itu. Tetapi ia
lebih memilih untuk menganggap Cindy sebagai orang matre tak berperasan. Cindy
telah berkorban untuknya agar ia tidak jatuh dalam keputusasaan dan kehancuran.
END
:')
ReplyDelete