Blogger Widgets

Friends


counter

Wednesday, October 17, 2012

Best Friend Forever

Seorang sahabat yang baik tidak akan mencelakai namun sahabat yang baik adalah yang mau menasehati, melindungi dan mengasihi setulus hati...

Sahabat yang baik adalah ia yang mungkin tak bersamamu ketika kamu sukses namun ada di sampingmu ketika kamu jatuh...

Sahabat adalah seseorang yang datang ketika seluruh dunia meninggalkanmu..

Sahabat adalah dia yang tahu apa yang dia miliki ketika bersamamu, bukan dia yang menyadari siapa dirimu setelah dia kehilanganmu...

Sahabat adalah mereka yang tahu semua kekuranganmu, namun tetap memilih bersamamu ketika orang lain meninggalkanmu..

Sahabat akan selalu menghampiri ketika seluruh dunia menjauh Karena persahabatan itu seperti tangan dengan mata Saat tangan terluka, mata menangis Saat mata menangis, tangan menghapusnya..

Terlalu berharap akan menyakitimu, tapi itu bukan suatu alasan untuk menyesali diri. Ingat, sahabat selalu ada untukmu...

Seorang sahabat sejati adalah mereka yang mengerti masa lalumu, percaya masa depanmu dan menerima kamu apa adanya...

Tiada yang lebih indah daripada kasih seorang sahabat karena sahabat menaruh kasih di setiap waktu selalu ada dalam setiap kesukaran..




I MISS MY SENIOR HIGH SCHOOL'S MEMORIES..ALL MY FRIENDS SPECIALLY FOR XII IPS-2 :')

Saturday, October 13, 2012

The True Story's Of Mom's Love....

Di negara Taiwan, ada seorang pemuda bernama A be (bukan nama sebenarnya). Dia anak yg cerdas, rajin dan cukup tampan. Baru beberapa tahun lulus dari kuliah dan bekerja di sebuah perusahaan swasta, dia sudah dipromosikan ke posisi manager. Gajinya pun lumayan.Tempat tinggalnya tidak terlalu jauh dari kantor. Tipe orangnya yang humoris dan gaya hidupnya yang sederhana membuat banyak teman2 kantor senang bergaul dengan dia, terutama dari kalangan wanita single. Bahkan putri owner perusahaan tempat ia bekerja juga menaruh perhatian khusus pada A be. Di rumahnya ada seorang wanita tua yang tampangnya seram sekali. Sebagian kepalanya botak dan kulit kepala terlihat seperti borok yang baru mengering. Rambutnya hanya tinggal sedikit di bagian kiri dan belakang. Tergerai seadanya sebatas pundak. Mukanya juga cacat seperti luka bakar. Wanita tua ini betul2 seperti monster yang menakutkan. Ia jarang keluar rumah bahkan jarang keluar dari kamarnya kalau tidak ada keperluan penting. Wanita tua ini tidak lain adalah Ibu kandung A Be. Walau demikian, sang Ibu selalu setia melakukan pekerjaan routine layaknya ibu rumah tangga lain yang sehat. Membereskan rumah, pekerjaan dapur, cuci-mencuci (pakai mesin cuci) dan lain-lain. Juga selalu memberikan perhatian yang besar kepada anak satu2-nya A be. Namun A be adalah seorang pemuda normal layaknya anak muda lain. Kondisi Ibunya yang cacat menyeramkan itu membuatnya cukup sulit untuk mengakuinya. Setiap kali ada teman atau kolega business yang bertanya siapa wanita cacat dirumahnya, A be selalu menjawab wanita itu adalah pembantu yang ikut Ibunya dulu sebelum meninggal. “Dia tidak punya saudara, jadi saya tampung, kasihan.” jawab A be. Hal ini sempat terdengar dan diketahui oleh sang Ibu. Tentu saja ibunya sedih sekali. Tetapi ia tetap diam dan menelan ludah pahit dalam hidupnya. Ia semakin jarang keluar dari kamarnya, takut anaknya sulit untuk menjelaskan pertanyaan mengenai dirinya. Hari demi hari kemurungan sang Ibu kian parah. Suatu hari ia jatuh sakit cukup parah. Tidak kuat bangun dari ranjang. A be mulai kerepotan mengurusi rumah, menyapu, mengepel, cuci pakaian, menyiapkan segala keperluan sehari-hari yang biasanya di kerjakan oleh Ibunya. Ditambah harus menyiapkan obat-obatan buat sang Ibu sebelum dan setelah pulang kerja (di Taiwan sulit sekali cari pembantu, kalaupun ada mahal sekali). Hal ini membuat A be jadi kesal dan uring-uringan di rumah. Pada saat ia mencari sesuatu dan mengacak-acak lemari ibunya, A be melihat sebuah box kecil. Di dalam box hanya ada sebuah foto dan potongan koran usang. Bukan berisi perhiasan seperti dugaan A be. Foto berukuran postcard itu tampak seorang wanita cantik. Potongan koran usang memberitakan tentang seorang wanita berjiwa pahlawan yang telah menyelamatkan anaknya dari musibah kebakaran. Dengan memeluk erat anaknya dalam dekapan, menutup dirinya dengan sprei kasur basah menerobos api yang sudah mengepung rumah. Sang wanita menderita luka bakar cukup serius sedang anak dalam dekapannya tidak terluka sedikitpun. Walau sudah usang, A be cukup dewasa untuk mengetahui siapa wanita cantik di dalam foto dan siapa wanita pahlawan yang dimaksud dalam potongan koran itu. Dia adalah Ibu kandung A be. Wanita yang sekarang terbaring sakit tak berdaya. Spontan air mata A be menetes keluar tanpa bisa dibendung. Dengan menggenggam foto dan koran usang tersebut, A be langsung bersujud disamping ranjang sang Ibu yang terbaring. Sambil menahan tangis ia meminta maaf dan memohon ampun atas dosa-dosanya selama ini. Sang ibupun ikut menangis, terharu dengan ketulusan hati anaknya. “Yang sudah-sudah nak, Ibu sudah maafkan. Jangan di ungkit lagi”. Setelah sembuh, A be bahkan berani membawa Ibunya belanja ke supermarket. Walau menjadi pusat perhatian banyak orang, A be tetap cuek bebek. Kemudian peristiwa ini menarik perhatian para wartawan dan membawa kisah ini ke dalam media cetak dan elektronik.

                                  ==THE END==

Thursday, October 11, 2012

FROM ABORTED BABY...




.......................

 

BULAN 1: Ma, panjangku itu cuma 2cm tp aku udah ada di perut mama.. Aku sayang mama..Bunyi detak jantung mama itu jadi musik terindah yang menemani aku disini..


BULAN 2 : Ma, aku udah bisa isap jari imutku lho! Disini hangat ma.. Nanti kalau aku sudah keluar mama janji ya mau main bareng sama aku..


BULAN 3: Ma, meskipun aku belum tau jenis kelaminku, apapun aku, aku harap mama dan papa bahagia kelak ketika aku keluar.. Jangan nangis ya mama, kalau mama nangis disini aku juga ikut nangis...


BULAN 4: Ma, rambutku udah mulai tumbuh lho! Ini jadi mainan baruku ma.. Aku bisa menggerakan kepala ku putar kiri putar kanan..


BULAN 5: Ma, tadi mama kedokter ya terus dokter bilang apa? Aborsi itu apa sih ma? Aku enggak di apa-apain kan ma?


BULAN 6: Mama dateng ke dokter itu lagi ya? Ma, tolong kasih tau dokter itu kalau aku disini baik-baik aja! Tapi kok dokter itu mulai memasukan benda tajam? Banda tajam itu mulai memotong rambutku :( Ma tolonggg ma, aku takutttt... Benda tajam itu mulai memotong kakiku.. Sakitttttttttt, maaa :'( ..Tapi meskipun aku gak punya kaki, aku masih punya tangan yang bisa memeluk mama.. Ma, benda itu sekarang mulai memotong tanganku, Mama tolong akuuuu.... :'( ..Aku janji gak akan nakal maa.. Tapi meskipun aku gak punya tangan dan kaki, aku masih punya mata dan telinga untuk lihat senyum mama, denger suara mama, tapiii....benda itu sekarang sudah mulai memotong leherku.. MAMAAA..Ampun mamamaa...:'( ..Beri aku kesempatan hidup.. Ma, aku sayang mama, aku pengen peluk mama.....:'(

 

BULAN 7: Ma, aku disini baik-baik aja.. Aku udah sama Tuhan di Surga.. Tuhan mengembalikan semua organ tubuhku yang dipotong sama benda tajam itu.. Tuhan memeluk aku, pegang tangan aku, gendong aku dengan lembut dan Tuhan membisikkan ke telingaku tentang apa itu aborsi...:( Kenapa mama tega melakukan itu? Kenapa mama gak mau main sama aku? Apa salah aku, Ma????

Mama tobat yah, biar Tuhan mau antar mama kesini.. Nanti kita main bareng-bareng disini dan jangan lupa ajak papa juga ya ma...,,... :) 

 



SAVE OUR BABY!!!!THEY ARE RIGHT FOR LIFE!!




Wednesday, October 10, 2012

Kisah sebuah pohon apel


 Suatu ketika, hiduplah sebuah pohon apel besar dan anak lelaki yang senang bermain-main di bawah pohon apel itu setiap hari.

Ia senang memanjatnya hingga ke pucuk pohon, memakan buahnya, tidur-tiduran di keteduhan rindang daun-daunnya. Anak lelaki itu sangat mencintai pohon apel itu. Demikian pula pohon apel sangat mencintai anak kecil itu.

Waktu terus berlalu. Anak lelaki itu kini telah tumbuh besar dan tidak lagi bermain-main dengan pohon apel itu setiap harinya.

Suatu hari ia mendatangi pohon apel. Wajahnya tampak sedih.

"Ayo ke sini bermain-main lagi denganku," pinta pohon apel itu.

"Aku bukan anak kecil yang bermain-main dengan pohon lagi," jawab anak lelaki itu. "Aku ingin sekali memiliki mainan, tapi aku tak punya uang untuk membelinya."

Pohon apel itu menyahut, "Duh, maaf aku pun tak punya uang... tetapi kau boleh mengambil semua buah apelku dan menjualnya. Kau bisa mendapatkan uang untuk membeli mainan kegemaranmu."

Anak lelaki itu sangat senang. Ia lalu memetik semua buah apel yang ada di pohon dan pergi dengan penuh suka cita. Namun, setelah itu anak lelaki tak pernah datang lagi. Pohon apel itu kembali sedih.

Suatu hari anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel sangat senang melihatnya datang . "Ayo bermain-main denganku lagi," kata pohon apel.

"Aku tak punya waktu," jawab anak lelaki itu. "Aku harus bekerja untuk keluargaku. Kami membutuhkan rumah untuk tempat tinggal. Maukah kau menolongku?"

"Duh, maaf aku pun tak memiliki rumah. Tapi kau boleh menebang semua dahan rantingku untuk membangun rumahmu," kata pohon apel.

Kemudian anak lelaki itu menebang semua dahan dan ranting pohon apel itu dan pergi dengan gembira. Pohon apel itu juga merasa bahagia melihat anak lelaki itu senang, tapi anak lelaki itu tak pernah kembali lagi. Pohon apel itu merasa kesepian dan sedih.

Pada suatu musim panas, anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel merasa sangat bersuka cita menyambutnya. "Ayo bermain-main lagi denganku," kata pohon apel.

"Aku sedih," kata anak lelaki itu. "Aku sudah tua dan ingin hidup tenang. Aku ingin pergi berlibur dan berlayar. Maukah kau memberi aku sebuah kapal untuk pesiar?"

"Duh, maaf aku tak punya kapal, tapi kau boleh memotong batang tubuhku dan menggunakannya untuk membuat kapal yang kau mau. Pergilah berlayar dan bersenang-senanglah."

Kemudian, anak lelaki itu memotong batang pohon apel itu dan membuat kapal yang diidamkannya. Ia lalu pergi berlayar dan tak pernah lagi datang menemui pohon apel itu.

Akhirnya, anak lelaki itu datang lagi setelah bertahun-tahun kemudian.

"Maaf anakku," kata pohon apel itu. "Aku sudah tak memiliki buah apel lagi untukmu." "Tak apa. Aku pun sudah tak memiliki gigi untuk mengigit buah apelmu," jawab anak lelaki itu.

"Aku juga tak memiliki batang dan dahan yang bisa kau panjat," kata pohon apel.

"Sekarang, aku sudah terlalu tua untuk itu," jawab anak lelaki itu.

"Aku benar-benar tak memiliki apa-apa lagi yang bisa aku berikan padamu. Yang tersisa hanyalah akar-akarku yang sudah tua dan sekarat ini," kata pohon apel itu sambil menitikkan air mata.

"Aku tak memerlukan apa-apa lagi sekarang ," kata anak lelaki. "Aku hanya membutuhkan tempat untuk beristirahat. Aku sangat lelah setelah sekian lama meninggalkanmu."

"Oooh, bagus sekali. Tahukah kau, akar-akar pohon tua adalah tempat terbaik untuk berbaring dan beristirahat. Mari, marilah berbaring di pelukan akar-akarku dan beristirahatlah dengan tenang."

Anak lelaki itu berbaring di pelukan akar-akar pohon.

Pohon apel itu sangat gembira dan tersenyum sambil meneteskan air matanya.

Pohon apel itu adalah orang tua kita.

Ketika kita muda, kita senang bermain-main dengan ayah dan ibu kita. Ketika kita tumbuh besar, kita meninggalkan mereka, dan hanya datang ketika kita memerlukan sesuatu atau dalam kesulitan. Tak peduli apa pun, orang tua kita akan selalu ada di sana untuk memberikan apa yang bisa mereka berikan untuk membuat kita bahagia. Anda mungkin berpikir bahwa anak lelaki itu telah bertindak sangat kasar pada pohon itu, tetapi begitulah cara kita memperlakukan orang tua kita.

Dan, yang terpenting: cintailah orang tua kita. Sampaikan pada orang tua kita sekarang, betapa kita mencintainya; dan berterima kasih atas seluruh hidup yang telah dan akan diberikannya pada kita.


Tuesday, October 9, 2012

SURAT DARI BAPA SURGAWI


SURAT DARI BAPA    


Saat kau bangun di pagi hari, Aku memandangmu dan berharap engkau akan berbicara kepadaKu, walaupun hanya sepatah kata, meminta pendapatKu atau bersyukur kepadaKu atas sesuatu hal indah yang terjadi di dalam hidupmu kemarin. Tetapi Aku melihat engkau begitu sibuk mempersiapkan diri utk bekerja. Aku menantimu..............

      Saat engkau sedang bersiap, Aku tahu akan ada sedikit waktu bagimu utk berhenti dan menyapaKu, tetapi engkau terlalu sibuk. Aku berpikir, engkau ingin berbicara kepadaKu. Tetapi engkau berlari ke telepon dan menelpon seorang teman utk mendengarkan gosip terbaru. Aku melihatmu ketika engkau pergi bekerja dan Aku menanti dengan sabar sepanjang hari.........

      Sebelum makan siang, Aku melihatmu memandang ke sekeliling, mungkin engkau merasa malu utk berbicara kepadaKu, itulah sebabnya mengapa engkau tdk menundukkan kepalamu. Tidak apa-apa. Masih ada waktu yang tersisa, dan Aku berharap engkau akan berbicara kepadaKu..............

      Saat engkau pulang kerumah kelihatannya seakan-akan ada banyak hal yang harus kau kerjakan. Setelah beberapa hal tersebut selesai engkau kerjakan, engkau menyalakan TV. Aku tidak tahu apakah kau suka nonton TV atau tidak, hanya saja engkau selalu kesana dan menghabiskan banyak waktu setiap hari didepannya. Aku menanti dengan sabar saat engkau menonton TV sambil menikmati makananmu, tetapi kembali kau tidak berbicara kepadaKu......

      Saat tidur Kupikir kau terlalu lelah. Setelah mengucapkan selamat malam kpd keluargamu, kau melompat ke tempat tidur dan tertidur tak lama kemudian. Tidak apa-apa karena mungkin engkau tidak menyadari bahwa Aku selalu hadir untukmu...........

      Aku telah bersabar lebih lama dari yang kau sadari. Aku bahkan ingin mengajarkanmu bagaimana bersabar terhadap orang lain. Aku mengasihimu. Setiap hari Aku menantikan sepatah kata, doa atau pikiran atau ucapan syukur dari hatimu. Baiklah..... engkau bangun kembali dan kembali. Aku akan menanti dengan penuh kasih bahwa hari ini kau akan memberiKu sedikit waktu...........

      Semoga harimu menyenangkan.................

                                                                    Bapamu,   ALLAH...

Hope, this letter can bless you too....