Blogger Widgets

Friends


counter

Monday, February 16, 2015

Have you grateful today?


  • Bersyukurlah atas apa yang kamu miliki dan kamu akan merasa sangat berkecukupan. Jika kamu berkonsentrasi pada apa yang tidak kamu miliki maka kamu tidak akan pernah merasa cukup....
  • ................

  • Hari ini, hujan mengguyur ibu kota tanpa henti. Biasanya tepat jam 12
    siang ibu kota di limpahi cuaca yang sangat panas, namun hari ini berubah 180 derajat. Di perempatan jalan, Amir, seorang anak kecil berlari-lari menghampiri mobil yang berhenti dilampu merah. Dia membiarkan tubuhnya terguyur derasnya hujan, hanya saja dia begitu erat melindungi koran dagangannya dengan lembaran plastik. “Korannya bu !”seru Amir berusaha mengalahkan suara air hujan. Dari balik kaca mobil si ibu menatap dengan kasihan, dalam hatinya dia merenung anak sekecil ini harus melawan hujan untuk menjual koran. Dikeluarkannya satu lembar dua puluh ribuan dari lipatan dompet dan membuka sedikit kaca mobil merchedes benz nya itu untuk mengulurkan lembaran uang.“Mau koran yang mana bu?, tanya Amir dengan riang.”Nggak usah, ini buat kamu makan, kalau koran tadi pagi aku juga sudah baca”, jawab si ibu.Si Amir kecil itu tampak terpaku, lalu diulurkan kembali uang dua puluh ribu yang dia terima,”Terima kasih bu sebelumnya. Saya menjual koran, kalau ibu mau beli koran silahkan, tetapi kalau ibu memberikan secara cuma-cuma, mohon maaf saya tidak bisa menerimanya”, Amir berkata dengan muka penuh ketulusan.Dengan geram si ibu menerima kembali pemberiannya, raut mukanya tampak kesal, dengan cepat dinaikkannya kaca mobil. Dari dalam mobil dia menggerutu ”Udah miskin sombong lagi!”.Kakinya menginjak pedal gas karena lampu menunjukkan warna hijau meninggalkan Amir yang termenung penuh tanda tanya.Amir berlari lagi ke pinggir, dia mencoba merapatkan tubuhnya dengan dinding ruko tempatnya berteduh. Tangan kecilnya sesekali mengusap muka untuk menghilangkan butir-butir air hujan yang masih menempel. Sambil termenung dia menatap air rintik-rintik hujan di depannya, ”Ya Tuhan, hari ini belum satupun koranku yang laku”,gumamnya lemah. 
  • Tik tik tik tik...Hujan belum juga reda sampai menjelang sore. Amir masih duduk berteduh di emperan ruko, sesekali tampak tangannya memegangi perut yang sudah mulai lapar.Tiba-tiba didepannya sebuah mobil berhenti. Turunlah seorang bapak dengan bersungut-sungut dari mobil menuju tempat sampah,”Tukang gorengan sialan, minyak kaya gini bisa bikin batuk”, dengan penuh kebencian dicampakkannya satu plastik gorengan ke dalam tong sampah dan beranjak kembali masuk ke mobil. Amir dengan langkah cepat menghampiri laki-laki yang ada di mobil.”Mohon maaf pak, bolehkah saya mengambil makanan yang baru saja bapak buang untuk saya makan”, pinta Amir dengan penuh harap. Pria itu tertegun, luar biasa anak kecil didepannya. Harusnya dia bisa saja mengambilnya dari tong sampah tanpa harus meminta ijin. Muncul perasaan belas kasihan dari dalam hatinya.“Nak, bapak bisa membelikan kamu makanan yang baru, kalau kamu mau””Terima kasih pak, satu kantong gorengan itu rasanya sudah cukup bagi saya, boleh kan pak?", tanya Amir sekali lagi. Pria tersebut hanya memandang Amir dengan tertegun dan menganggukkan kepalanya. Amir berlari riang menuju tong sampah, dengan wajah sangat bahagia dia mulai makan gorengan. Sesekali dia tersenyum melihat pria yang dari tadi masih memandanginya. Dari dalam mobil sang bapak memandangi terus Amir yang sedang makan. Dengan perasaan berkecamuk dia kembali turun dan  mendekati Amir.”Nak, bolehkah bapak bertanya, kenapa kamu harus meminta ijinku untuk mengambil makanan yang sudah aku buang?", tanya pria itu dengan lembut sambil menatap wajah anak kecil di depannya dengan penuh kasihan.”Karena saya melihat bapak yang membuangnya,saya akan merasa enaknya makanan halal ini kalau saya bisa meminta ijin kepada pemiliknya. Meskipun buat bapak mungkin sudah tidak berharga, tapi bagi saya makanan ini sangat berharga dan saya pantas untuk meminta ijin memakannya ”, jawab si anak sambil membersihkan bibirnya dari sisa minyak goreng. Pria itu sejenak terdiam, dalam batinnya berkata, anak ini sangat luar biasa. ”Satu lagi nak, aku kasihan melihatmu, aku lihat kamu basah dan kedinginan, aku ingin membelikanmu makanan lain yang lebih layak, tetapi mengapa kamu menolaknya”. Amir tersenyum dengan manis,”Maaf pak, bukan maksud saya menolak rejeki dari Bapak. Buat saya makan sekantong gorengan hari ini sudah lebih dari cukup. Kalau saya mencampakkan gorengan ini dan menerima tawaran makanan yang lain yang menurut Bapak lebih layak, maka sekantong gorengan itu menjadi mubazir, basah oleh air hujan dan hanya akan jadi makanan tikus.” . ”Tapi bukankah kamu mensia-siakan peluang untuk mendapatkan yang lebih baik dan lebih nikmat dengan makan di restoran di mana aku yang akan mentraktirnya”, ujar sang pria dengan nada agak tinggi karena merasa tersinggung. Amir menatap wajah laki-laki didepannya dengan tatapan yang sangat teduh, ”Bapak!, saya sudah sangat bersyukur atas berkah sekantong gorengan hari ini. Saya lapar dan bapak mengijinkan saya memakannya. Saya merasa berbahagia, bukankah bahagia adalah bersyukur dan merasa cukup atas anugerah hari ini, bukan menikmati sesuatu yang nikmat
    dan hebat hari ini tetapi menimbulkan keinginan dan kedahagaan untuk mendapatkannya kembali di kemudian hari." Lalu Amir berhenti berbicara sebentar. Diciumnya tangan pria di depannya untuk berpamitan. Dengan suara lirih dan tulus Amir melanjutkan kembali,”Kalau hari ini saya makan di restoran dan
     menikmati kelezatannya, namun keesokan harinya saya menginginkannya kembali sementara bapak tidak lagi mentraktir saya, maka saya sangat khawatir apakah saya masih bisa merasakan kebahagiaan tersebut...”. Pria tersebut masih saja terpana. Dia mengamati anak kecil di depannya yang sedang sibuk merapikan koran dan kemudian anak kecil tersebut berpamitan pergi.
-SELESAI-

Kita susah? pasti ada yang lebih susah dari kita.
Kita sedih? pasti ada yang lebih sedih dari kita.
Kita menderita? pasti ada yang lebih menderita dari kita.
Rupanya kita lebih bahagia daripada mereka. Lihatlah sekeliling kita dahulu sebelum kita mengeluh akan situasi kita. 
Tanpa kita sadari kita sering mengukur diri kita dengan membandingkan orang keatas bukan kebawah. Mungkin saatnya bagi kita untuk menunduk kebawah melihat betapa banyak orang yang tidak seberuntung kita. Mari syukuri apa yang telah Tuhan berikan bagi kita. Ingat kita harus bersyukur bukan karena kita sedang bahagia. Tapi kita bahagia karena selalu bersyukur.

@revrevika



Wednesday, February 4, 2015

Faithfull Boy from philipines

This is TRUE story of Christ stories which make tears in my eyes :') . I hope you guys will have same feeling like me..

Ada seorang anak kecil kelas 4 SD yang selalu mengucap syukur dalam keadaan apapun. Ia tinggal di suatu desa Milaor, Camarines Sur,di Negara Filipina. Setiap hari untuk sampai ke sekolahnya ia harus berjalan kaki melintasi daerah yang tanahnya berbatu dan menyeberangi jalan raya yang berbahaya dimana banyak kendaraan yang melaju kencang. Setiap kali berhasil menyeberangi jalan raya tersebut, Andoy selalu mampir sebentar ke Gereja untuk berdoa. Tindakannya ini diamati oleh Pdt. Agaton. Karena merasa terharu dengan sikap Andoy yang lugu dan beriman tersebut. Suatu hari ketika Andoy hendak masuk ke Gereja Pdt. Agaton menyapanya.
Bpk. Pdt : "Selamat pagi Andoy, apa kabarmu? Apakah kamu akan ke sekolah?"
Andoy : "Ya, Bapa Pendeta!" balas Andoy sambil tersenyum.
Bpk.Pdt : "Mulai sekarang saya akan membantu dan menemani kamu menyeberangi jalan raya tersebut setiap kali kamu akan menyeberang.
Andoy : Terima kasih, Bapa Pendeta."
Bpk. Pdt : "sekarang apa yang akan kamu lakukan?"
Andoy : "Aku hanya ingin menyapa Tuhan Yesus... sahabatku."
Lalu Pendeta itu segera meninggalkan Andoy untuk melewatkan waktunya bersama Tuhan, tapi kemudian Pdt. Agaton bersembunyi dibalik altar untuk mendengarkan apa yang dibicarakan Andoy.
Andoy mulai berbicara kepada Sahabatnya
Andoy : "Engkau tahu Tuhan, ujian matematikaku hari ini sangat buruk, tetapi aku tidak mencontek walaupun teman2ku yang lain melakukannya. Ayahku mengalami musim paceklik dan yang bisa kumakan hanyalah kue ini.Terima kasih buat kue ini Tuhan!. aku tadi melihat anak kucing malang yang kelaparan dan aku memberikan kueku yang terakhir buatnya.. lucunya, aku nggak begitu lapar. Lihat, ini sepatuku yang terakhir..mungkin minggu depan aku harus berjalan tanpa sepatu. Engkau tahu Tuhan sepatu ini akan rusak, tapi tak mengapa..yang terpenting aku tetap dapat pergi ke sekolah.
TuhanKu kata orang-orang kami akan mengalami musim panen yang susah bulan ini, karena itu beberapa temanku sudah berhenti sekolah. tolong bantu mereka supaya bisa sekolah lagi.
Oh ya, Engkau tahu Ibu memukulku lagi. Sakit sekali, tetapi aku bersyukur karena masih memiliki seorang ibu. Dan rasa sakit ini pasti akan hilang. Lihatlah lukaku ini Tuhan ??? Aku tahu Engkau mampu menyembuhkannya, disini bekas lukanya (Andoy memegang bekas lukanya) Tolong jangan marahi Ibuku ya..??? memang dia sedang lelah dan kuatir memikirkan kebutuhan makanan juga biaya sekolahku .. Itulah mengapa dia memukulku.
Oh ya..Tuhan. aku rasa aku sedang jatuh cinta saat ini. Ada seorang gadis yang cantik dikelasku, menurutMu apakah dia akan menyukaiku?
Ah..bagaimanapun juga aku tahu bahwa Engkau tetap menyukaiku karena aku tidak perlu menjadi siapapun untuk menyenangkan hatiMu. Engkau adalah sahabatku.
Hei.. Tuhan temanku, ulang tahunMu tinggal dua hari lagi, apakah Engkau gembira? Tunggu saja aku punya hadiah untukMu. tapi ini kejutan dan Aku harap Engkau menyukainya.Ooops aku harus pergi sekarang. Selamat siang"
Kemudian Andoy segera berlari keluar dan memanggil Pendeta Agaton.
Andoy : "Pak Pendeta..pa Pendeta..aku sudah selesai berbicara dengan Sahabatku, Tuhan Yesus, skarang anda bisa menemaniku menyeberang jalan!
Kegiatan tersebut berlangsung setiap hari, Andoy tidak pernah absen sekalipun.
Pendeta Agaton berbagi cerita ini kepada jemaat di Gerejanya setiap hari Minggu karena dia belum pernah melihat iman dan kepercayaan yang murni kepada Allah dan bersyukur saat situasi yang sulit terjadi seperti yang dimiliki Andoy.
Saat hari Natal tiba, Pendeta Agaton jatuh sakit sehingga dia tidak bisa memimpin gereja dan dirawat di rumah sakit. Pengelolaan Gereja diserahkan kepada 4 wanita tua yang tidak pernah tersenyum, mereka selalu menyalahkan segala sesuatu yang diperbuat orang lain.
Hari itu tgl. 25 Desember ketika 4 wanita tua tadi sedang berada di gereja tiba-tiba masuklah Andoy dan hendak menyapa Sahabatnya.
Andoy: "Halo Tuhan..Aku ...'
4 Wanita : "Kurang ajar kamu bocah !!! Apakah matamu tidak melihat kami sedang berdoa ??!!! Keluar.!!!"
Andoy begitu terkejut, karena tidak pernah ia diusir oleh Pdt.Agaton.
Andoy: "Dimana Bapa Pendeta? Dia seharusnya membantuku menyeberangi jalan raya.. dia selalu menyuruhku mampir lewat pintu belakang Gereja. tidak hanya itu, aku juga harus menyapa Sahabatku, hari ini adalah hari ulang tahunNya, aku punya hadiah untukNya ."
Ketika Andoy hendak mengambil hadiah tersebut dari dalam bajunya, seorang dari keempat wanita itu menarik kerah bajunya dan mendorongnya keluar. Andoy sedih, bigung dan setelah berpikir sebentar ia tidak mempunyai pilihan lain kecuali sendirian menyeberangi jalan raya tersebut.
Di situ ada sebuah tikungan yang tidak terlihat pandangan, sebuah bus melaju dengan kencang dan Andoy mulai menyeberang sambil melindungi hadiah tadi di dalam bajunya, sehingga dia tidak melihat datangnya bus tadi. Tiba-tiba brakkk ... (terdengar bunyi gaduh dan bus tadi berhenti mendadak) Apa yang terjadi? ternyata karena tidak bisa menghindari bus besar tadi Andoy tertabrak dan tewas seketika. Orang-orang disekitarnya berlarian dan mengelilingi tubuh Andoy yang sudah tak bernyawa.
Sedih...Saat itu entah darimana munculnya tiba-tiba datang seorang pria berjubah putih dengan wajah yang lembut namun penuh dengan air mata, ia memeluk tubuh Andoy dan menangis.
Orang-orangpun heran, mereka penasaran lalu bertanya;
Orang-orang : " Maaf Tuan, apakah anda keluarga bocah malang ini ? Apakah anda mengenalnya ?"
Dengan hati yang berduka ia segera berdiri dan berkata : "Anak ini namanya Andoy, Dia adalah sahabatku."
Lalu diambilnya bungkusan hadiah dari dalam baju Andoy dan menaruh didadanya. Dia lalu berdiri dan membawa pergi tubuh Andoy. Kerumunan orang tersebut semakin penasaran...
Malam itu, Pendeta Agaton menerima berita yang sungguh mengejutkan. Dia berkunjung ke rumah Andoy. Ketika Pdt. Agaton bertemu dengan orangtua Andoy ia bertanya; "Bagaimana anda mengetahui putera anda meninggal ?" Ibu Andoy menjawab sambil menghapus airmatanya: "Seorang pria berjubah putih yang membawanya kemari." Pdt. Agaton bertanya lagi: "Apa katanya ?"
"Dia tidak mengucapkan sepatah katapun. Dia sangat berduka. Kami tidak mengenalnya namun dia terlihat sedih, sepertinya Dia mengenal Andoy dengan baik. Tetapi ada suatu kedamaian yang sulit untuk dijelaskan mengenai dirinya. Dia menyerahkan anak kami dan tersenyum lembut. Dia membelai rambut Andoy dan mencium keningnya kemudian Dia membisikkan sesuatu" Jawab ayah Andoy.
Pdt.Agaton ; "Apa yang dikatakannya ?"
Ayah Andoy menjawab; " Dia berkata Terima kasih buat kadonya. Aku akan segera berjumpa denganmu.engkau akan bersamaku." Dan sang Ayah melanjutkan, "Anda tahu kemudian. semuanya itu terasa begitu indah.. aku menangis karena bahagia .. aku tidak dapat menjelaskannya, ketika Dia meninggalkan kami ada suatu kedamaian yang memenuhi hati kami, Aku tahu puteraku sudah berada di Surga sekarang. Tapi Pak Pendeta tolonglah katakan siapakah Pria ini yang selalu bicara dengan puteraku setiap hari di Gerejamu? anda pasti mengenalnya karena anda selalu berada disana setiap hari, kecuali hari ini saat puteraku meninggal¡¨
Tiba-tiba air mata Pendeta Agaton menetes dipipinya, dengan lutut gemetar Pdt. Agaton berbisik, "Dia tidak berbicara dengan siapa-siapa.. kecuali dengan Tuhan Yesus."
Tahukah anda dimana Andoy berada sekarang? Ya ia berada di sorga bersama Tuhan Yesus. Inginkah kita sekalian juga... berada di sorga nanti ? Ya kita semua menginginkannya.
Andoy memiliki hati yang selalu bersyukur. Walaupun situasi hidup yang dialaminya sulit tetapi ia selalu bergembira karena ia tahu Tuhan Yesus sahabatnya selalu mengasihi dia. Melalui peristiwa tabrakan tadi Tuhan Yesus datang menjemputnya ke sorga.



GOD BLESS YOU 
-Revika-



My Blind Mom is My Savior

From beginning Mom is there to clean sticky fingers, weap away tears and kiss away boo ~boos.. Through the years she softens life's inevitable blows and sheds her light of kindness along life's pathway. Thanks Mom !



"Tuhan, mengapa Kau berikan ku sesosok ibu dengan satu mata? Mengapa aku lahir tanpa Ayah? Mengapa Tuhan?" itulah doa yang selalu kupanjatkan setiap malam. Aku malu mempunyai seorang ibu yang BUTA yang hanya merupakan tukang jahit. Matanya tidak ada satu. Aku benar-benar sangat malu. Ibu berkata bahwa ayahku yang seharusnya menjadi tulang punggung keluarga telah meninggal sejak aku masih bayi.....

Waktu terus berjalan, aku mulai mengenal sedikit kehidupan yang menyenangkan, merasakan kebahagiaan memiliki wajah yang tampan, kebahagiaan memiliki banyak pengagum di sekolah, kebahagiaan karena kepintaranku yang dibanggakan banyak guru. Itulah aku, tapi satu yang harus aku tutupi, Aku sangat menginginkan kesempurnaan terletak padaku. Tidak boleh ada satupun yang cacat dalam hidupku juga dalam keluargaku. Aku lebih mementingkan kebutuhan dan keperluanku saja tanpa memperhatikan ibuku yang bekerja siang dan malam menjahit pakaian untuk dijual demi melangsungkan hidup kami.

Pada suatu saat ibu datang ke sekolah untuk menjenguk keadaanku. Karena sudah beberapa hari aku tak pulang ke rumah dan tidak tidur di rumah. Karena rumah kumuh itu membuatku muak, membuat kesempurnaan yang kumiliki manjadi cacat. Akan kuperoleh apapun untuk menggapai sebuah kesempurnaan itu.

Tepat di saat istirahat, Kulihat sosok wanita tua di pintu sekolah sambil membawa bekal makan siang untukku. Bajunya pun bersahaja rapih dan sopan. Itulah ibu ku yang mempunyai mata satu dan yang selalu membuat aku malu dan yang lebih memalukan lagi Ibu memanggilku "Anakku... ini ibu bawakan bekal kesukaan mu. Mengapa beberapa hari ini kau tidak pulang?" . “Mau ngapain ibu ke sini? Aku tidak butuh bekal itu. Ibu datang hanya untuk mempermalukan aku! Lebih baik ibu pergi sekarang” Bentakkan dariku membuat diri ibuku segera bergegas pergi sambil membawa pulang bekal kesukaanku. Dan itulah memang yang kuharapkan. Ibu pun bergegas keluar dari sekolahku. Karena kehadiranya itu aku benar-benar malu, sangat malu. Sampai beberapa temanku berkata dan menanyakan. “Hai, itu ibumu ya???, Ibumu matanya satu ya?” . Pertanyaan tersebut membuatku semakin membenci ibuku.

Beberapa bulan kemudian aku lulus sekolah dan mendapat beasiswa di sebuah Universitas di luar negeri. Aku mendapatkan beasiswa yang ku incar dan kukejar agar aku bisa segera meninggalkan rumah kumuhku dan terutama meninggalkan ibuku yang membuatku malu. Ternyata aku berhasil mendapatkannya. Dengan bangga kubusungkan dada dan aku berangkat pergi tanpa memberi tahu Ibu karena bagiku itu tidak perlu. Aku hidup untuk diriku sendiri. Persetan dengan Ibuku, seorang yang selalu menghalangi kemajuanku.

Di Universitas itu, aku menjadi mahasiswa terpopuler karena kepintaran dan ketampananku. 

Singkat cerita aku menjadi seorang yang sukses. Aku menikah dan memutuskan untuk kembali ke tanah kelahiranku. Tempat tinggalku sangat mewah, aku mempunyai seorang anak laki-laki berusia tiga tahun dan aku sangat menyayanginya. Bahkan aku rela mempertaruhkan nyawaku untuk putraku itu.

Hari berganti hari, aku belajar dan membina rumah tangga dengan harmonis dan sama sekali aku tak pernah memikirkan nasib ibuku. Sedikit pun aku tak rindu padanya, aku tak mencemaskannya. Aku BAHAGIA dengan kehidupan ku sekarang.

Tapi pada suatu hari kehidupanku yang sempurna tersebut terusik, saat putraku sedang asyik bermain di depan pintu. Tiba-tiba datang seorang wanita tua renta, kurus dan sedikit kumuh menghampirinya. Dan kulihat dia adalah Ibuku, Dia datang menemuiku. Entah dari mana dia tahu tempat tinggalku sekarang. Aku pun terkejut melihatnya. Namun istriku yang tepat berada disebelahku merasa iba melihat ibuku dan mengajaknya masuk untuk menyantap makanan terlebih dahulu.

Aku pun melarang nya dengan alasan takut kalau ternyata dia adalah penjahat yang menyamar menjadi pengemis. Seketika saja Ibuku ku usir. Dengan enteng aku mengatakan: “Hei pergilah kau pengemis! Kau membuat anakku takut!” Dan tanpa membalas perkataan kasarku, Ibu lalu tersenyum, “Maaf...saya salah alamat..”

Tanpa merasa bersalah, aku masuk ke dalam rumah.

Beberapa bulan kemudian datanglah sepucuk surat undangan reuni dari sekolah SMA ku. Pastinya, aku ingin menghadiri pesta reuni tersebut dan sedikit menyombongkan diri yang sudah sukses ini. 


AKu pun menghadiri reuni tersebut dan berhasil membuat seluruh teman-temanku kagum pada diriku yang sekarang ini.

Pesta Reuni telah selesai. Saat mengemudikan mobil mewahku , lintas dipikiranku untuk melewati rumah ibuku sebelum pulang ke rumah mewahku sekarang. Tak tau perasaan apa yang membuatku melangkah untuk melihat rumah kumuh dan wanita tua itu. Sesampainya di depan rumah itu, tak ada perasaan sedih atau bersalah padaku, bahkan aku sendiri sebenarnya jijik melihatnya. Dengan rasa tidak berdosa, aku memasuki rumah itu tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Ku lihat rumah ini begitu berantakan. Terdapat beberapa foto kecil ku saat aku menangis, saat bersama ibuku yang bertebaran di lantai. Namun aku tak menemukan sosok wanita tua di dalam rumah itu, entahlah dia ke mana. Tapi justru aku merasa lega tak bertemu dengannya.


Namun, mataku terpaku pada sebuah amplop putih diatas mesin jahit yang biasa dipakai ibuku untuk mencari nafkah. Aku bergegas menuju mesin jahit tersebut dan membuka amplop tersebut. Ternyata isinya adalah sebuah kertas yang ditulis oleh ibuku.


"Anakku yang kucintai aku tahu kau sangat membenciku.
Aku berharap agar aku bisa melihatmu sekali lagi.
Sejujurnya ibu sangat merindukanmu, teramat dalam sehingga setiap malam Aku hanya bisa menangis sambil memandangi fotomu yang ibu punya.
Asal kau tau saja anakku tersayang, sejujurnya mata yang kau pakai untuk melihat dunia luas itu salah satunya adalah mataku yang selalu membuatmu malu.
Mataku yang kuberikan padamu waktu kau kecil. Waktu itu kau dan Ayah mu mengalami kecelakaan yang hebat, tetapi Ayahmu meninggal, sedangkan mata kananmu mengalami kebutaan. Aku tak tega anak tersayangku ini hidup dan tumbuh dengan mata yang cacat maka aku berikan satu mataku ini untukmu.
Sekarang aku bangga padamu karena kau bisa meraih apa yang kau inginkan dan cita-citakan.
Dan akupun sangat bahagia saat kau bisa melihat dunia luas dengan mataku yang aku berikan untukmu.

Walau kau telah menghinaku, membenciku, mengusirku bahkan membentakku, aku tetap mengasihimu, nak. Doaku tiada henti agar kau dapat menjadi orang sukses di kelak hari dan melihat dunia luas.
Saat aku menulis surat ini, aku masih berharap bisa melihatmu untuk yang terakhir kalinya, Tapi aku rasa itu tidak mungkin, karena ku yakin cepat atau lambat aku akan meninggalkan dunia ini untuk selamanya karena di umurku yang semakin lanjut terlalu banyak penyakit yang ada ditubuhku ini. Kau, anak ku yang sangat ku kasihi, satu-satunya yang ku miliki ku selalu berdoa supaya Tuhan selalu beserta mu dan menjaga mu.


Dari ibu yang sangat menyayangimu"

...............
Tetes demi tetes air mataku jatuh diatas lantai rumah kumuh ditempat aku berdiri. Aku terdiam. Baru kusadari bahwa yang membuatku malu sebenarnya bukan ibuku, tetapi diriku sendiri.... Aku harus mencari nya dan memohon maaf kepada ibuku...

Lalu aku keluar dan bertemu dengan salah satu tetangga rumahku. “Akhirnya kau datang juga. Ibu mu telah meninggal dunia seminggu yang lalu”.........

Berita tersebut membuat hatiku hancur bagai petir di siang bolong yang menghantam seluruh saraf-sarafku. Namun aku tidak bisa berbuat apa-apa. Ibu bermata satu yang merupakan penyelamatku, sekarang sudah tiada. 


END



"Ibu adalah Pahlawan yang Tak memiliki Sayap. Pengorbanan-nya itu tulus, tidak mengharap balasan. Dialah penyemangatku yg selalu menyayangi aku dengan setulus hatinya."