Blogger Widgets

Friends


counter

Monday, February 16, 2015

Have you grateful today?


  • Bersyukurlah atas apa yang kamu miliki dan kamu akan merasa sangat berkecukupan. Jika kamu berkonsentrasi pada apa yang tidak kamu miliki maka kamu tidak akan pernah merasa cukup....
  • ................

  • Hari ini, hujan mengguyur ibu kota tanpa henti. Biasanya tepat jam 12
    siang ibu kota di limpahi cuaca yang sangat panas, namun hari ini berubah 180 derajat. Di perempatan jalan, Amir, seorang anak kecil berlari-lari menghampiri mobil yang berhenti dilampu merah. Dia membiarkan tubuhnya terguyur derasnya hujan, hanya saja dia begitu erat melindungi koran dagangannya dengan lembaran plastik. “Korannya bu !”seru Amir berusaha mengalahkan suara air hujan. Dari balik kaca mobil si ibu menatap dengan kasihan, dalam hatinya dia merenung anak sekecil ini harus melawan hujan untuk menjual koran. Dikeluarkannya satu lembar dua puluh ribuan dari lipatan dompet dan membuka sedikit kaca mobil merchedes benz nya itu untuk mengulurkan lembaran uang.“Mau koran yang mana bu?, tanya Amir dengan riang.”Nggak usah, ini buat kamu makan, kalau koran tadi pagi aku juga sudah baca”, jawab si ibu.Si Amir kecil itu tampak terpaku, lalu diulurkan kembali uang dua puluh ribu yang dia terima,”Terima kasih bu sebelumnya. Saya menjual koran, kalau ibu mau beli koran silahkan, tetapi kalau ibu memberikan secara cuma-cuma, mohon maaf saya tidak bisa menerimanya”, Amir berkata dengan muka penuh ketulusan.Dengan geram si ibu menerima kembali pemberiannya, raut mukanya tampak kesal, dengan cepat dinaikkannya kaca mobil. Dari dalam mobil dia menggerutu ”Udah miskin sombong lagi!”.Kakinya menginjak pedal gas karena lampu menunjukkan warna hijau meninggalkan Amir yang termenung penuh tanda tanya.Amir berlari lagi ke pinggir, dia mencoba merapatkan tubuhnya dengan dinding ruko tempatnya berteduh. Tangan kecilnya sesekali mengusap muka untuk menghilangkan butir-butir air hujan yang masih menempel. Sambil termenung dia menatap air rintik-rintik hujan di depannya, ”Ya Tuhan, hari ini belum satupun koranku yang laku”,gumamnya lemah. 
  • Tik tik tik tik...Hujan belum juga reda sampai menjelang sore. Amir masih duduk berteduh di emperan ruko, sesekali tampak tangannya memegangi perut yang sudah mulai lapar.Tiba-tiba didepannya sebuah mobil berhenti. Turunlah seorang bapak dengan bersungut-sungut dari mobil menuju tempat sampah,”Tukang gorengan sialan, minyak kaya gini bisa bikin batuk”, dengan penuh kebencian dicampakkannya satu plastik gorengan ke dalam tong sampah dan beranjak kembali masuk ke mobil. Amir dengan langkah cepat menghampiri laki-laki yang ada di mobil.”Mohon maaf pak, bolehkah saya mengambil makanan yang baru saja bapak buang untuk saya makan”, pinta Amir dengan penuh harap. Pria itu tertegun, luar biasa anak kecil didepannya. Harusnya dia bisa saja mengambilnya dari tong sampah tanpa harus meminta ijin. Muncul perasaan belas kasihan dari dalam hatinya.“Nak, bapak bisa membelikan kamu makanan yang baru, kalau kamu mau””Terima kasih pak, satu kantong gorengan itu rasanya sudah cukup bagi saya, boleh kan pak?", tanya Amir sekali lagi. Pria tersebut hanya memandang Amir dengan tertegun dan menganggukkan kepalanya. Amir berlari riang menuju tong sampah, dengan wajah sangat bahagia dia mulai makan gorengan. Sesekali dia tersenyum melihat pria yang dari tadi masih memandanginya. Dari dalam mobil sang bapak memandangi terus Amir yang sedang makan. Dengan perasaan berkecamuk dia kembali turun dan  mendekati Amir.”Nak, bolehkah bapak bertanya, kenapa kamu harus meminta ijinku untuk mengambil makanan yang sudah aku buang?", tanya pria itu dengan lembut sambil menatap wajah anak kecil di depannya dengan penuh kasihan.”Karena saya melihat bapak yang membuangnya,saya akan merasa enaknya makanan halal ini kalau saya bisa meminta ijin kepada pemiliknya. Meskipun buat bapak mungkin sudah tidak berharga, tapi bagi saya makanan ini sangat berharga dan saya pantas untuk meminta ijin memakannya ”, jawab si anak sambil membersihkan bibirnya dari sisa minyak goreng. Pria itu sejenak terdiam, dalam batinnya berkata, anak ini sangat luar biasa. ”Satu lagi nak, aku kasihan melihatmu, aku lihat kamu basah dan kedinginan, aku ingin membelikanmu makanan lain yang lebih layak, tetapi mengapa kamu menolaknya”. Amir tersenyum dengan manis,”Maaf pak, bukan maksud saya menolak rejeki dari Bapak. Buat saya makan sekantong gorengan hari ini sudah lebih dari cukup. Kalau saya mencampakkan gorengan ini dan menerima tawaran makanan yang lain yang menurut Bapak lebih layak, maka sekantong gorengan itu menjadi mubazir, basah oleh air hujan dan hanya akan jadi makanan tikus.” . ”Tapi bukankah kamu mensia-siakan peluang untuk mendapatkan yang lebih baik dan lebih nikmat dengan makan di restoran di mana aku yang akan mentraktirnya”, ujar sang pria dengan nada agak tinggi karena merasa tersinggung. Amir menatap wajah laki-laki didepannya dengan tatapan yang sangat teduh, ”Bapak!, saya sudah sangat bersyukur atas berkah sekantong gorengan hari ini. Saya lapar dan bapak mengijinkan saya memakannya. Saya merasa berbahagia, bukankah bahagia adalah bersyukur dan merasa cukup atas anugerah hari ini, bukan menikmati sesuatu yang nikmat
    dan hebat hari ini tetapi menimbulkan keinginan dan kedahagaan untuk mendapatkannya kembali di kemudian hari." Lalu Amir berhenti berbicara sebentar. Diciumnya tangan pria di depannya untuk berpamitan. Dengan suara lirih dan tulus Amir melanjutkan kembali,”Kalau hari ini saya makan di restoran dan
     menikmati kelezatannya, namun keesokan harinya saya menginginkannya kembali sementara bapak tidak lagi mentraktir saya, maka saya sangat khawatir apakah saya masih bisa merasakan kebahagiaan tersebut...”. Pria tersebut masih saja terpana. Dia mengamati anak kecil di depannya yang sedang sibuk merapikan koran dan kemudian anak kecil tersebut berpamitan pergi.
-SELESAI-

Kita susah? pasti ada yang lebih susah dari kita.
Kita sedih? pasti ada yang lebih sedih dari kita.
Kita menderita? pasti ada yang lebih menderita dari kita.
Rupanya kita lebih bahagia daripada mereka. Lihatlah sekeliling kita dahulu sebelum kita mengeluh akan situasi kita. 
Tanpa kita sadari kita sering mengukur diri kita dengan membandingkan orang keatas bukan kebawah. Mungkin saatnya bagi kita untuk menunduk kebawah melihat betapa banyak orang yang tidak seberuntung kita. Mari syukuri apa yang telah Tuhan berikan bagi kita. Ingat kita harus bersyukur bukan karena kita sedang bahagia. Tapi kita bahagia karena selalu bersyukur.

@revrevika



3 comments:

  1. Ada anak kecil kayak gini mah satu banding 100jt ... kecil" dah ngerti begituan.. cool bgt .. jadi kepengen ketemu tu anak rasanya.. hahaha .. yg nulis jga cool (y)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha namanya juga cerpen :p kan buat motivasi gitu.. Ahh coolkas maksudnya ? Lol . Bikin cerpen juga dong.. Apa kek gitu yg mngharukan kwkwkwkwk

      Delete
  2. Kalo cerpen gw keknya ga ada unsur motivasinya ya..malah kebanyakan curhat wkwkkwk
    ah coolkkas juga cool kok .. ๐Ÿ˜‚
    Hahaha ngerinya bukan jadi motivasi .. malah bikin orang tambah putus asa..

    ReplyDelete