Blogger Widgets

Friends


counter

Wednesday, February 4, 2015

My Blind Mom is My Savior

From beginning Mom is there to clean sticky fingers, weap away tears and kiss away boo ~boos.. Through the years she softens life's inevitable blows and sheds her light of kindness along life's pathway. Thanks Mom !



"Tuhan, mengapa Kau berikan ku sesosok ibu dengan satu mata? Mengapa aku lahir tanpa Ayah? Mengapa Tuhan?" itulah doa yang selalu kupanjatkan setiap malam. Aku malu mempunyai seorang ibu yang BUTA yang hanya merupakan tukang jahit. Matanya tidak ada satu. Aku benar-benar sangat malu. Ibu berkata bahwa ayahku yang seharusnya menjadi tulang punggung keluarga telah meninggal sejak aku masih bayi.....

Waktu terus berjalan, aku mulai mengenal sedikit kehidupan yang menyenangkan, merasakan kebahagiaan memiliki wajah yang tampan, kebahagiaan memiliki banyak pengagum di sekolah, kebahagiaan karena kepintaranku yang dibanggakan banyak guru. Itulah aku, tapi satu yang harus aku tutupi, Aku sangat menginginkan kesempurnaan terletak padaku. Tidak boleh ada satupun yang cacat dalam hidupku juga dalam keluargaku. Aku lebih mementingkan kebutuhan dan keperluanku saja tanpa memperhatikan ibuku yang bekerja siang dan malam menjahit pakaian untuk dijual demi melangsungkan hidup kami.

Pada suatu saat ibu datang ke sekolah untuk menjenguk keadaanku. Karena sudah beberapa hari aku tak pulang ke rumah dan tidak tidur di rumah. Karena rumah kumuh itu membuatku muak, membuat kesempurnaan yang kumiliki manjadi cacat. Akan kuperoleh apapun untuk menggapai sebuah kesempurnaan itu.

Tepat di saat istirahat, Kulihat sosok wanita tua di pintu sekolah sambil membawa bekal makan siang untukku. Bajunya pun bersahaja rapih dan sopan. Itulah ibu ku yang mempunyai mata satu dan yang selalu membuat aku malu dan yang lebih memalukan lagi Ibu memanggilku "Anakku... ini ibu bawakan bekal kesukaan mu. Mengapa beberapa hari ini kau tidak pulang?" . “Mau ngapain ibu ke sini? Aku tidak butuh bekal itu. Ibu datang hanya untuk mempermalukan aku! Lebih baik ibu pergi sekarang” Bentakkan dariku membuat diri ibuku segera bergegas pergi sambil membawa pulang bekal kesukaanku. Dan itulah memang yang kuharapkan. Ibu pun bergegas keluar dari sekolahku. Karena kehadiranya itu aku benar-benar malu, sangat malu. Sampai beberapa temanku berkata dan menanyakan. “Hai, itu ibumu ya???, Ibumu matanya satu ya?” . Pertanyaan tersebut membuatku semakin membenci ibuku.

Beberapa bulan kemudian aku lulus sekolah dan mendapat beasiswa di sebuah Universitas di luar negeri. Aku mendapatkan beasiswa yang ku incar dan kukejar agar aku bisa segera meninggalkan rumah kumuhku dan terutama meninggalkan ibuku yang membuatku malu. Ternyata aku berhasil mendapatkannya. Dengan bangga kubusungkan dada dan aku berangkat pergi tanpa memberi tahu Ibu karena bagiku itu tidak perlu. Aku hidup untuk diriku sendiri. Persetan dengan Ibuku, seorang yang selalu menghalangi kemajuanku.

Di Universitas itu, aku menjadi mahasiswa terpopuler karena kepintaran dan ketampananku. 

Singkat cerita aku menjadi seorang yang sukses. Aku menikah dan memutuskan untuk kembali ke tanah kelahiranku. Tempat tinggalku sangat mewah, aku mempunyai seorang anak laki-laki berusia tiga tahun dan aku sangat menyayanginya. Bahkan aku rela mempertaruhkan nyawaku untuk putraku itu.

Hari berganti hari, aku belajar dan membina rumah tangga dengan harmonis dan sama sekali aku tak pernah memikirkan nasib ibuku. Sedikit pun aku tak rindu padanya, aku tak mencemaskannya. Aku BAHAGIA dengan kehidupan ku sekarang.

Tapi pada suatu hari kehidupanku yang sempurna tersebut terusik, saat putraku sedang asyik bermain di depan pintu. Tiba-tiba datang seorang wanita tua renta, kurus dan sedikit kumuh menghampirinya. Dan kulihat dia adalah Ibuku, Dia datang menemuiku. Entah dari mana dia tahu tempat tinggalku sekarang. Aku pun terkejut melihatnya. Namun istriku yang tepat berada disebelahku merasa iba melihat ibuku dan mengajaknya masuk untuk menyantap makanan terlebih dahulu.

Aku pun melarang nya dengan alasan takut kalau ternyata dia adalah penjahat yang menyamar menjadi pengemis. Seketika saja Ibuku ku usir. Dengan enteng aku mengatakan: “Hei pergilah kau pengemis! Kau membuat anakku takut!” Dan tanpa membalas perkataan kasarku, Ibu lalu tersenyum, “Maaf...saya salah alamat..”

Tanpa merasa bersalah, aku masuk ke dalam rumah.

Beberapa bulan kemudian datanglah sepucuk surat undangan reuni dari sekolah SMA ku. Pastinya, aku ingin menghadiri pesta reuni tersebut dan sedikit menyombongkan diri yang sudah sukses ini. 


AKu pun menghadiri reuni tersebut dan berhasil membuat seluruh teman-temanku kagum pada diriku yang sekarang ini.

Pesta Reuni telah selesai. Saat mengemudikan mobil mewahku , lintas dipikiranku untuk melewati rumah ibuku sebelum pulang ke rumah mewahku sekarang. Tak tau perasaan apa yang membuatku melangkah untuk melihat rumah kumuh dan wanita tua itu. Sesampainya di depan rumah itu, tak ada perasaan sedih atau bersalah padaku, bahkan aku sendiri sebenarnya jijik melihatnya. Dengan rasa tidak berdosa, aku memasuki rumah itu tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Ku lihat rumah ini begitu berantakan. Terdapat beberapa foto kecil ku saat aku menangis, saat bersama ibuku yang bertebaran di lantai. Namun aku tak menemukan sosok wanita tua di dalam rumah itu, entahlah dia ke mana. Tapi justru aku merasa lega tak bertemu dengannya.


Namun, mataku terpaku pada sebuah amplop putih diatas mesin jahit yang biasa dipakai ibuku untuk mencari nafkah. Aku bergegas menuju mesin jahit tersebut dan membuka amplop tersebut. Ternyata isinya adalah sebuah kertas yang ditulis oleh ibuku.


"Anakku yang kucintai aku tahu kau sangat membenciku.
Aku berharap agar aku bisa melihatmu sekali lagi.
Sejujurnya ibu sangat merindukanmu, teramat dalam sehingga setiap malam Aku hanya bisa menangis sambil memandangi fotomu yang ibu punya.
Asal kau tau saja anakku tersayang, sejujurnya mata yang kau pakai untuk melihat dunia luas itu salah satunya adalah mataku yang selalu membuatmu malu.
Mataku yang kuberikan padamu waktu kau kecil. Waktu itu kau dan Ayah mu mengalami kecelakaan yang hebat, tetapi Ayahmu meninggal, sedangkan mata kananmu mengalami kebutaan. Aku tak tega anak tersayangku ini hidup dan tumbuh dengan mata yang cacat maka aku berikan satu mataku ini untukmu.
Sekarang aku bangga padamu karena kau bisa meraih apa yang kau inginkan dan cita-citakan.
Dan akupun sangat bahagia saat kau bisa melihat dunia luas dengan mataku yang aku berikan untukmu.

Walau kau telah menghinaku, membenciku, mengusirku bahkan membentakku, aku tetap mengasihimu, nak. Doaku tiada henti agar kau dapat menjadi orang sukses di kelak hari dan melihat dunia luas.
Saat aku menulis surat ini, aku masih berharap bisa melihatmu untuk yang terakhir kalinya, Tapi aku rasa itu tidak mungkin, karena ku yakin cepat atau lambat aku akan meninggalkan dunia ini untuk selamanya karena di umurku yang semakin lanjut terlalu banyak penyakit yang ada ditubuhku ini. Kau, anak ku yang sangat ku kasihi, satu-satunya yang ku miliki ku selalu berdoa supaya Tuhan selalu beserta mu dan menjaga mu.


Dari ibu yang sangat menyayangimu"

...............
Tetes demi tetes air mataku jatuh diatas lantai rumah kumuh ditempat aku berdiri. Aku terdiam. Baru kusadari bahwa yang membuatku malu sebenarnya bukan ibuku, tetapi diriku sendiri.... Aku harus mencari nya dan memohon maaf kepada ibuku...

Lalu aku keluar dan bertemu dengan salah satu tetangga rumahku. “Akhirnya kau datang juga. Ibu mu telah meninggal dunia seminggu yang lalu”.........

Berita tersebut membuat hatiku hancur bagai petir di siang bolong yang menghantam seluruh saraf-sarafku. Namun aku tidak bisa berbuat apa-apa. Ibu bermata satu yang merupakan penyelamatku, sekarang sudah tiada. 


END



"Ibu adalah Pahlawan yang Tak memiliki Sayap. Pengorbanan-nya itu tulus, tidak mengharap balasan. Dialah penyemangatku yg selalu menyayangi aku dengan setulus hatinya."





5 comments:

  1. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  2. late regret in the story, makes me feel grateful in the end..hmm.. sometimes sad ending is not always bad, i think :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Of course.. Always good malah :p . Ayo dong blog story juga :D wkwkwk

      Delete
  3. wkwkwk setuju deh :D ... ada sih.. udah di tulis lama , cuman baru pengen coba di blog sekarang..
    http://neboistoriya.blogspot.com/ jangan di ketawain ya :< wkwkw

    ReplyDelete