Blogger Widgets

Friends


counter

Tuesday, August 6, 2013

A remorse....

EVER HAS IT BEEN THAT LOVE KNOWS NOT ITS OWN DEPTH UNTIL THE HOUR OF SEPARATION








.........





Kisah cinta sepasang kekasih yang bernama Hansen dan Cindy sangat serasi dan harmonis walaupun keduanya berasal dari keluarga yang jauh berbeda latar belakangnya. Keluarga Cindy berasal dari keluarga kaya raya dan serba berkecukupan, sedangkan keluarga Hansen hanyalah keluarga seorang petani miskin yang menggantungkan kehidupannya pada tanah sewaan.



Dalam kehidupan mereka berdua, Hansen sangat mencintai Cindy. Hansen telah melipat 1000 buah burung kertas untuk Cindy dan Cindy kemudian menggantungkan burung-burung kertas tersebut pada kamarnya. Setiap burung kertas tersebut berisi harapan Hansen kepada Cindy. Banyak sekali harapan yang telah Hansen ungkapkan kepada Cindy. “Semoga kita selalu saling mengasihi satu sama lain”,”Semoga Tuhan melindungi Cindy dari bahaya”,”Semoga kita mendapatkan kehidupan yang bahagia”,dan sebagainya. Semua harapan itu telah disimbolkan dalam burung kertas yang diberikan kepada Cindy.



Suatu hari Hansen melipat burung kertasnya yang ke 1001. Burung itu dilipat dengan kertas transparan sehingga kelihatan sangat berbeda dengan burung-burung kertas yang lain. Ketika memberikan burung kertas ini, Hansen berkata kepada Cindy:



“Cindy, ini burung kertasku yang ke 1001. Dalam burung kertas ini aku mengharapkan adanya kejujuran dan keterbukaan antara aku dan kamu. Aku akan segera melamarmu dan kita akan segera menikah. Semoga kita dapat mencintai sampai kita menjadi kakek nenek dan sampai Tuhan memanggil kita berdua ! “



Saat mendengar Hansen berkata demikian, menangislah Cindy. Ia berkata kepada Hansen:



“Sen, senang sekali aku mendengar semua itu, tetapi aku sekarang telah memutuskan untuk tidak menikah denganmu karena aku butuh uang dan kekayaan seperti kata orang tuaku!”



Saat mendengar itu Hansen pun seperti disambar geledek. Ia kemudian marah kepada Cindy. Ia mengatai Cindy wanita matre, orang tak berperasaan, kejam, dan sebagainya. Akhirnya Hansen meninggalkan Cindy yang menangis seorang diri.



Hansen mulai terbakar semangatnya. Ia pun bertekad dalam dirinya bahwa ia harus sukses dan hidup berhasil. Perkataan Cindy dijadikannya cambuk untuk maju dan maju. Dalam tiga bulan usaha Hansen menunjukkan hasilnya. Ia diangkat menjadi kepala cabang di mana ia bekerja dan dalam satu tahun setengah ia telah diangkat menjadi manajer sebuah perusahaan yang bonafide dan tak lama kemudian ia mempunyai 50% saham dari perusahaan itu. Sekarang semua orang telah mengenal Hansen, ia adalah bintang kesuksesan.







Beberapa bulan kemudian...





Hansen sedang pulang kerja dengan mobil mewahnya. Tiba-tiba dilihatnya sepasang suami-istri tua tengah berjalan di dalam derasnya hujan. Suami istri itu kelihatan lusuh dan tidak terawat. Hansen pun penasaran dan mendekati suami istri itu dengan mobilnya dan ia mendapati bahwa suami istri itu adalah orang tua Cindy.



Hansen mulai berpikir untuk memberi pelajaran kepada kedua orang itu, tetapi hati nuraninya melarangnya sangat kuat. Hansen membatalkan niatnya dan ia membuntuti kemana perginya orang tua Cindy.



Hansen sangat terkejut ketika didapati orang tua Cindy memasuki sebuah makam yang dipenuhi dengan burung kertas. Ia pun semakin terkejut ketika ia mendapati foto Cindy dalam makam itu. Hansen pun bergegas turun dari mobilnya dan berlari ke arah makam Cindy untuk menemui orang tua Cindy.



Orang tua Cindy pun berkata kepada Hansen:



”Hansen, sekarang kami jatuh miskin. Harta kami habis untuk biaya pengobatan Cindy yang terkena kanker rahim ganas. Kami menemukan sebuah notes kecil di bawah bantal Cindy.”



Orang tua Cindy menyerahkan sebuah buku kecil kuning bermotif bunga kepada Hansen.



Hansen membaca halaman terakhir notes tersebut.



“Hansen, maafkan aku. Aku terpaksa membohongimu. Andaikan ada cara lain untuk memberitahu semua ini tanpa membuat mu sedih. Aku terkena kanker rahim ganas yang tak mungkin disembuhkan. Aku tak mungkin mengatakan hal ini saat itu, karena jika itu aku lakukan, aku akan membuatmu jatuh dalam kehidupan sentimentil yang penuh keputus-asaan yang akan membawa hidupmu pada kehancuran. Aku tahu semua tabiatmu Sen, karena itu aku lakukan ini. Aku mencintaimu Sennn……….. “



Setelah membaca itu, menangislah Hansen. Ia telah berprasangka terhadap Cindy  begitu kejamnya. Ia pun mulai merasakan betapa hati Cindy teriris-iris ketika ia mencemoohnya, mengatainya matre, kejam dan tak berperasaan. Ia merasakan betapa Cindy kesepian seorang diri dalam kesakitannya hingga maut menjemputnya, betapa Cindy mengharapkan kehadirannya di saat-saat penuh penderitaan itu. Tetapi ia lebih memilih untuk menganggap Cindy sebagai orang matre tak berperasan. Cindy telah berkorban untuknya agar ia tidak jatuh dalam keputusasaan dan kehancuran.



END




1 comment: