Blogger Widgets

Friends


counter

Thursday, August 8, 2013

Tears of Mother and her son......

"Mother love is the fuel that enables a normal human being to do the impossible"

 







Di negara China ada sepasang kekasih yang saling mencintai. Sang pria berasal dari keluarga kaya raya, dan merupakan orang yang terpandang di kota tersebut. Sedangkan sang wanita adalah seorang yatim piatu, hidup serba kekurangan, tetapi cantik, lemah lembut, dan baik hati. Kelebihan inilah yang membuat sang pria jatuh hati.
 
Karena hubungan mereka terlalu dekat, akhirmya wanita tersebut hamil diluar nikah. Akhirnya sang pria pun melamarnya.Namun sangat disayangkan, orang tua sang pria tidak menyukai wanita tsb. Sebagai orang yang terpandang di kota tersebut, latar belakang si wanita akan merusak reputasi keluarga. Orang tua sang pria telah menjodohkannya dengan seorang wanita terpandang. Namun sang pria tidak mau dan tetap bersikukuh pada keputusannya menikahi sang wanita apapun resikonya.Sang pria terus berargumen dengan orang tuanya, bahkan membantah perkataan orangtuanya, sesuatu yang belum pernah dilakukannya selama hidupnya (di zaman dulu, umumnya seorang
anak sangat tunduk pada orang tuanya).

 
Sebulan telah berlalu, sang pria gagal untuk membujuk orang tuanya agar menerima calon istrinya. Sang orang tua juga stress karena gagal membujukanak satu-satunya, agar berpisah dengan wanita tsb, yang menurut mereka akan sangat merugikan masa depannya.
Sang pria akhirnya menetapkan pilihan untuk kawin lari. Ia memutuskan untuk meninggalkan semuanya demi sang kekasih. Waktu keberangkatan pun ditetapkan, tetapi rupanya rencana ini diketahui oleh orang tua sang pria. Maka ketika saatnya tiba, sang ortu mengunci anaknya di dalam kamar dan dijaga ketat oleh para bawahan di rumahnya yang besar.

 
Sebagai gantinya, kedua orang tua datang ke tempat yang telah ditentukan sepasang kekasih tersebut untuk melarikan diri. Sang wanita sangat terkejut dengan kedatangan papa dan mama sang pria… Mereka kemudian memohon pengertian dari sang wanita, agar meninggalkan anak mereka satu-satunya. Menurut mereka, dengan perbedaan status sosial yang sangat besar, perkawinan mereka hanya akan menjadi gunjingan seluruh penduduk kota, reputasi anaknya akan tercemar, orang2 tidak akan menghormatinya lagi. Akibatnya, bisnis yang akan diwariskan kepada anak mereka akan bangkrut secara perlahan2.
Mereka bahkan memberikan uang dalam jumlah banyak, dengan permohonan agar wanita tersebut meninggalkan kota ini, tidak bertemu dengan anaknya lagi, dan menggugurkan kandungannya. Uang tersebut dapat digunakan untuk membiayai hidupnya di tempat lain.

Sang wanita menangis tersedu-sedu. Dalam hati kecilnya, ia sadar bahwa perbedaan status sosial yang sangat jauh, akan menimbulkan banyak kesulitan bagi kekasihnya. Akhirnya, ia setuju untuk meninggalkan kota ini, tetapi menolak untuk menerima uang tersebut. Ia mencintai sang pria, bukan uangnya. Walaupun ia sepenuhnya sadar, jalan hidupnya ke depan akan sangat sulit...
 
Mama sang pria kembali memohon kepada wanita tersebut untuk meninggalkan sepucuk surat kepada mereka, yang menyatakan bahwa ia memilih berpisah dengan sang pria. Mama sang pria kuatir anaknya akan terus mencarikekasihnya, dan tidak mau meneruskan usaha orang tuanya. ‘Walaupun ia kelakbukan suamimu, bukankah Anda ingin melihatnya sebagai seseorang yang berhasil? Ini adalah untuk kebaikan kalian berdua’, kata mama sang pria.
Dengan berat hati, sang wanita menulis surat . Ia menjelaskan bahwa ia sudah memutuskan untuk pergi meninggalkan sang pria. Ia sadar bahwa keberadaannya hanya akan merugikan sang pria. Ia minta maaf karena telah melanggar janji setia mereka berdua, bahwa mereka akan selalu bersama dalam menghadapi penolakan2 akibat perbedaan status sosial mereka. Ia tidak kuat lagi menahan penderitaan ini, dan memutuskan untuk berpisah.

 
Tetesan air mata sang wanita tampak membasahi surat tersebut.
Sang wanita yang malang tersebut tampak tidak punya pilihan lain. Ia terjebak antara moral dan cintanya. Sang wanita segera meninggalkan kota itu, sendirian. Ia menuju sebuah desa yang lebih terpencil. Disana, ia bertekad untuk melahirkan dan membesarkan anaknya.
 

******************
Tiga tahun telah berlalu. Ternyata wanita tersebut telah menjadi seorang mama. Anaknya seorang laki2. Sang mama bekerja keras siang dan malam, untuk membiayai kehidupan mereka. Di pagi dan siang hari, ia bekerja di sebuah industri rumah tangga, malamnya, ia menyuci pakaian2 tetangga dan menyulam sesuai dengan pesanan pelanggan. Kebanyakan ia melakukan semua pekerjaan ini sambil menggendong anak di punggungnya.

Walaupun ia cukup berpendidikan, ia menyadari bahwa pekerjaan lain tidak memungkinkan, karena ia harus berada di sisi anaknya setiap saat. Tetapi sang mama tidak pernah mengeluh dengan pekerjaannya…

 Di usia tiga tahun, suatu saat, sang anak tiba2 sakit keras. Demamnya
sangat tinggi. Ia segera dibawa ke rumah sakit setempat. Anak tsb harus menginap di rumah sakit selama beberapa hari. Biaya pengobatan telah menguras habis seluruh tabungan dari hasil kerja kerasnya selama ini, dan itupun belum cukup. Wanita tersebut akhirnya juga meminjam ke sana-sini, kepada siapapun yang bermurah hati untuk memberikan pinjaman.
Saat diperbolehkan pulang, sang dokter menyarankan untuk membuat sup ramuan, untuk mempercepat kesembuhan putranya. Ramuan tsb terdiri dari obat2 herbal dan daging sapi untuk dikukus bersama. Tetapi sang mama hanya mampu membeli obat2 herbal tersebut, ia tidak punya uang sepeserpun lagi untuk membeli daging. Untuk meminjam lagi, rasanya tak mungkin, karena ia telah berutang kepada semua orang yang ia kenal, dan belum terbayar.
 
Ketika di rumah, sang mama menangis. Ia tidak tahu harus berbuat apa, untuk mendapatkan daging. Toko daging di desa tsb telah menolak permintaannya, untuk bayar di akhir bulan saat gajian.
 
Diantara tangisannya, ia tiba2 mendapatkan ide. Ia mencari alkohol yang ada di rumahnya, sebilah pisau dapur, dan sepotong kain. Setelah pisau dapur dibersihkan dengan alkohol, sang mama nekad mengambil sekerat daging dari paha nya. Agar tidak membangunkan anaknya yang sedang tidur, ia mengikat mulutnya dengan sepotong kain… Darah berhamburan. Sang mama tengah berjuang mengambil dagingnya sendiri, sambil berusaha tidak mengeluarkan suara kesakitan yang teramat sangat..
 
Hujan lebatpun turun. Lebatnya hujan menyebabkan rintihan kesakitan sang mama tidak terdengar oleh para tetangga, terutama oleh anaknya sendiri. Tampaknya langit juga tersentuh dengan pengorbanan yang sedang dilakukan oleh sang mama ………… .
 
*********

Enam tahun telah berlalu, anaknya tumbuh menjadi seorang anak yang tampan, cerdas, dan berbudi pekerti. Ia juga sangat sayang mamanya… Di hari minggu, mereka sering pergi ke taman di desa tersebut, bermain bersama, dan bersama2 menyanyikan lagu ‘Shi Sang Chi You Mama Hau’ (terjemahannya ‘Di Dunia ini, hanya mama seorang yang baik’).
Sang anak juga sudah sekolah. Sang mama sekarang bekerja sebagai penjaga toko, karena ia sudah bisa meninggalkan anaknya di siang hari.
 
Hari2 mereka lewatkan dengan kebersamaan, penuh kebahagiaan. Sang anak terkadang memaksa mamanya, agar ia bisa membantu mama nya menyuci di malam hari. Ia tahu ibunya masih menyuci di malam hari, karena perlu tambahan biaya untuk sekolahnya. Ia memang seorang anak yang cerdas.
 
 Ia juga tahu, bulan depan adalah hari ulang tahun mamanya. Ia berniat
membelikan sebuah jam tangan, yang sangat didambakan mamanya selama ini. mamanya pernah mencobanya di sebuah toko, tetapi segera menolak setelah pemilik toko menyebutkan harganya. Jam tangan itu sederhana, tidak terlalu mewah, tetapi bagi mereka, itu terlalu mahal. Masih banyak keperluan lain yang perlu dibiayai.
  Sang anak segera pergi ke toko tersebut, yang tidak jauh dari rumahnya. Ia meminta kepada kakek pemilik toko agar menyimpan jam tangan tsb, karena ia akan membelinya bulan depan. ‘Apakah kamu punya uang?’ tanya sang pemilik toko. ‘Tidak sekarang, nanti saya akan punya’, kata sang anak dengan serius..
 
Ternyata, bulan depan sang anak benar2 muncul untuk membeli jam tangan tsb. Sang kakek juga terkejut, kiranya sang anak hanya main2.
Ketika menyerahkan uangnya, sang kakek bertanya ‘Dari mana kamu mendapatkan uang itu? Bukan mencuri kan ?’. ‘Saya tidak mencuri, kakek…
Hari ini adalah hari ulang tahun mamaku. Saya biasanya naik becak pulang pergi ke sekolah. Selama sebulan ini, saya berjalan kaki saat pulang dari sekolah ke rumah, uang jajan dan uang becaknya saya simpan untuk beli jam ini. Kakiku sakit, tapi ini semua untuk mamaku.. Oh iya, jangan beritahu mamaku tentang hal ini. Ia akan marah’ kata sang anak. Sang pemilik toko tampak kagum pada anak tersebut.
 
Seperti biasanya, sang mama pulang dari kerja di sore hari. Sang anak segera memberikan ucapan selamat pada mama, dan menyerahkan jam tangan tsb. Sang mama terkejut bercampur haru, ia bangga dengan anaknya. Jam tangan ini memang adalah impiannya.. Tetapi sang mama tiba2 tersadar, dari mana uang untuk membeli jam tersebut. Sang anak tutup mulut, tidak mau menjawab.  ‘Apakah kamu mencuri, Nak?’ Sang anak diam seribu bahasa, ia tidak ingin mama mengetahui bagaimana ia mengumpulkan uang tersebut.
 

Setelah ditanya berkali2 tanpa jawaban, sang mama menyimpulkan bahwa anaknya telah mencuri. ‘Walaupun kita miskin, kita tidak boleh mencuri. Bukankah mama sudah mengajari kamu tentang hal ini?’ kata sang mama. Lalu mama mengambil rotan dan mulai memukul anaknya. Biarpun mama sayang pada anaknya, ia harus mendidik anaknya sejak kecil. Sang anak menangis, sedangkan air mata sang mama mengalir keluar. Hatinya begitu perih, karena ia sedang memukul belahan hatinya. Tetapi ia harus melakukannya, demi kebaikan anaknya. Suara tangisan sang anak terdengar keluar. Para tetangga menuju ke rumah tsb heran, dan kemudian prihatin setelah mengetahui kejadiannya. ‘Ia sebenarnya anak yang baik’, kata salah satu tetangganya.  Kebetulan sekali, sang pemilik toko sedang berkunjung ke rumah salah satu tetangganya yang merupakan familinya.
 

Ketika ia keluar melihat ke rumah itu, ia segera mengenal anak itu. Ketika mengetahui persoalannya, ia segera menghampiri wanita itu untuk menjelaskan. Tetapi tiba2 sang anak berlari ke arah pemilik toko, memohon agar jangan menceritakan yang sebenarnya pada mamanya. ‘Nak, ketahuilah, anak yang baik tidak boleh berbohong, dan tidak bolehmenyembunyikan sesuatu dari mamanya’. Sang anak mengikuti nasehat kakek itu. Maka kakek itu mulai menceritakan bagaimana sang anak tiba2 muncul di tokonya sebulan yang lalu, memintanya untuk menyimpan jam tangan tsb, dan sebulan kemudian akan membelinya. Anak itu muncul siang tadi di tokonya, katanya hari ini adalah hari ulang tahun mamanya. Ia juga menceritakan bagaimana sang anak berjalan kaki dari sekolahnya pulang ke rumah dan tidak jajan di sekolah selama sebulan ini, untuk mengumpulkan uang membeli jam tangan kesukaan mamanya.
 
Tampak sang kakek meneteskan air mata saat selesai menjelaskan hal tsb,begitu pula dengan tetangganya. Sang mama segera memeluk anak kesayangannya, keduanya menangis dengan tersedu-sedu.’Maafkan mama, Nak.’
 

*************************************
 
Sementara itu, ternyata papa dari sang anak sudah menikah, tetapi istrinya mandul. Mereka tidak punya anak. Sang orangtua sangat sedih akan hal ini, karena tidak akan ada yang mewarisi usaha mereka kelak.
 
Ketika sang mama dan anaknya berjalan2 ke kota, dalam sebuah kesempatan, mereka bertemu dengan sang papa dari anak tersebut dan istrinya. Sang pria baru menyadari bahwa sebenarnya ia sudah punya anak dari darah dagingnya sendiri. Ia mengajak mereka berkunjung ke rumahnya, bersedia menanggung semua biaya hidup mereka, tetapi sang wanita menolak. Kami bisa hidup dengan baik tanpa bantuanmu.
 
Berita ini segera diketahui oleh orang tua sang pria. Mereka begitu ingin melihat cucunya, tetapi sang mama tidak mau mengizinkan.
 
*************
 
Di pertengahan tahun, penyakit sang anak kembali kambuh. Dokter mengatakan bahwa penyakit sang anak butuh operasi dan perawatan yang konsisten. Kalau kambuh lagi, akan membahayakan jiwanya.
Keuangan sang mama sudah agak membaik, dibandingkan sebelumnya. Tetapi biaya medis tidaklah murah, ia tidak sanggup membiayainya.
  Sang mama kembali berpikir keras. Tetapi ia tidak menemukan solusi yang tepat. Satu2nya jalan keluar adalah menyerahkan anaknya kepada sang pria, papa dari anak tersebut., karena sang pria lah yang mampu membiayai perawatannya. Maka dengan terpaksa ia menyetujui anaknya di serahkan kepada keluarga pria tersebut. Sang wanita menangis karena ia tidak mempunyai pilihan lain.

Sepulang ke rumah, mama menjelaskan keadaannya pada sang anak. Sang anak menolak untuk tinggal bersama papanya, karena ia hanya ingin dengan sang wanita. ‘Tetapi mama tidak mampu membiayai perawatan kamu, Nak’ kata wanita itu.. ‘Tidak apa2 ma, saya tidak perlu dirawat. Saya sudah sehat bila bisa bersama2 dengan mama. Bila sudah besar nanti, saya akan cari banyak uang untuk biaya perawatan saya dan untuk mama. Nanti, mama tidak perlu bekerja lagi, ma’, kata sang anak. Tetapi wanita itu memaksa akan berkunjung ke rumah sang
pria, keesokan harinya. Penyakitnya memang bisa kambuh setiap saat.

Disana ia diperkenalkan dengan kakek dan neneknya. Keduanya sangat senang melihat anak tampan dan lucu tersebut. Ketika mamanya hendak pulang, sang anak meronta2 ingin ikut pulang dengan mamanya. Walaupun diberikan mainan kesukaan sang anak, yang tidak pernah ia peroleh saat bersama mamanya, sang anak menolak. ‘Saya cuma ingin mama, saya tidak mau mainan itu’, teriak sang anak dengan nada yang polos. Dengan hati sedih dan menangis, sang mama berkata ‘Nak, kamu harus dengar nasehat mama. Tinggallah di sini.
Papa, kakek dan nenek akan bermain bersamamu.’ ‘Tidak, aku tidak mau mereka. Saya hanya mau mama, saya sayang mama, bukankah mama juga sayang saya? Apakah mama sekarang tidak mau saya lagi?’, sang anak mulai menangis dan meronta-ronta.
 
Pada akhirnya, sang mama berkata ‘Ya, Benar, mama sudah tidak sayang kamu lagi. Tinggallah disini’, mamanya segera lari keluar meninggalkan rumah besar tersebut. Tampak anaknya meronta2 dengan ledakan tangis yang memilukan.

Di rumah, sang mama kembali meratapi nasibnya. Tangisannya begitu menyayat hati, ia telah berpisah dengan anaknya. Ia tidak diperbolehkan menjenguk anaknya, tetapi mereka berjanji akan merawat anaknya dengan baik. Diantara isak tangisnya, ia tidak menemukan arti hidup ini lagi. Ia telah kehilangan satu2nya alasan untuk hidup, anaknya tercinta.


**********

Sepuluh tahun sudah berlalu. Kini sang anak sudah memasuki bangku kuliah. Ia sering bertengkar dengan papa nya, mengenai persoalan mamanya. Sang anak telah banyak menghabiskan uang untuk mencari mamanya kemana2, tetapi hasilnya nihil.

Siang itu, seperti biasa sehabis kuliah, sang anak berjalan bersama dengan pacar nya. Mereka tampak serasi. Saat sedang menyeberag jalan, di sebuah persimpangan, ia melihat seorang wanita tua yang sedang mengemis. Wanita tersebut terlihat kumuh, dan tampak memakai tongkat. Ia tidak pernah melihat wanita itu sebelumnya. Wajahnya kumal, dan ia tampak berkomat-kamit.

Sang pengemis tua sambil mengacungkan kaleng kosong untuk minta sedekah, ia berucap dengan lemah ‘Dimanakah anakku? Apakah kalian melihat anakku?’

Sang anak merasa mengenal wanita tua itu. Mereka berdua saling bertatap muka dan tanpa disadari, sang anak segera menyanyikan lagu ‘Shi Sang Ci You Mama Hau’ dengan suara perlahan. Lalu tak
disangka sang pengemis tua ikut menyanyikannya dengan suara lemah. Mereka berdua menyanyi bersama. Ia segera mengenal suara mamanya yang selalu menyanyikan lagu tersebut saat ia kecil, sang anak segera memeluk pengemis tua itu dan berteriak dengan haru ‘Mama??? Ini saya ma,,’.

Sang pengemis tua itu terkejut, ia meraba2 muka sang anak, lalu bertanya, ‘Apakah kamu ??..Kamu anakku....?’ ‘Benar ma, saya adalah anak mama?’.

Keduanya pun berpelukan dengan erat, air mata keduanya berbaur membasahi bumi …………… .

"Shi Sang Ci You Mama Hau 
You ma ti hai ce siang ke pao
Dou cin Mama ti huai pao
Sing fu siang pu liau"

"Didunia ini hanyalah ibu yang terbaik
Anak yang mempunyai ibu seperti mustika
Berada dalam pelukan ibu
Menikmati kebahagiaan tiada akhir " 


E N D

2 comments: